Kasus DBD di Probolinggo Capai 993 Pasien, Ini Daerah Penyumbang Terbanyak

Kasus DBD di Probolinggo Capai 993 Pasien, Ini Daerah Penyumbang Terbanyak

M Rofiq - detikJatim
Rabu, 27 Mar 2024 17:10 WIB
Dinas Kesehatan Probolinggo
Kepala Bidang Pengendalian, Pencegahan Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo dr Nina Kartika (Foto: M Rofiq/detikJatim)
Probolinggo -

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Probolinggo mencapai 993 pasien selama 3 bulan sejak Januari 2024. Dari ratusan pasien, ada 12 orang yang meninggal dunia. Ada beberapa kecamatan yang menjadi wilayah penyumbang pasien DBD terbanyak di Probolinggo.

Kecamatan penyumbang kasus DBD terbanyak atau 3 besar di Kabupaten Probolinggo yakni Kecamatan Paiton dengan 207 pasien, Kecamatan Besuk dengan 178 pasien dan Kecamatan Kraksaan dengan 92 pasien.

Sedangkan untuk angka kematian, dari 12 pasien yang meninggal akibat DBD, rinciannya Kecamatan Besuk dan Tiris masing-masing 3 pasien meninggal dunia dan Kecamatan Kraksaan dengan 2 pasien meninggal dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Bidang Pengendalian, Pencegahan Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, dr. Nina Kartika mengatakan melihat jumlah pasien tersebut, ia mengimbau masyarakat jangan sampai menganggap remeh kasus DBD dengan tidak memperhatikan lingkungan sekitar.

"Penyakit (DBD) ini basisnya penyakit lingkungan, oleh karena itu sangat penting bagi masyarakat terutama yang di rumahnya atau tetangganya yang terjangkit DBD harus melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)," kata dr. Nina, Rabu (27/3/2024).

ADVERTISEMENT

PSN harus dilakukan oleh orang yang rumahnya maksimal berjarak 200 meter dari rumah pasien DBD. Hal itu dilakukan untuk terus menekan angka DBD di lingkungan sekitar. Meski, PSN maupun penyakit DBD kerapkali diremehkan masyarakat.

"Mungkin karena faktor ketidaktahuan, maka dari itu selain kami lakukan beberapa langkah untuk menekan angka DBD, kami juga lakukan sosialisasi ke masyarakat secara masif. Sebab, DBD sendiri punya dampak buruk jika terus diremehkan," ujar dr. Nina.

"Terlebih, untuk kasus DBD selama 3 bulan di tahun 2024 kali ini didominasi oleh anak dari umur 4 sampai 15 tahun. Tidak hanya kasus saja, angka kematian pasien juga rata-rata dialami oleh anak-anak," pungkas dr. Nina saat ditemui di ruangannya.




(hil/iwd)


Hide Ads