Ada 3.600 Kasus DBD di Jatim Awal 2024, Terbanyak Probolinggo 600 Kasus

Ada 3.600 Kasus DBD di Jatim Awal 2024, Terbanyak Probolinggo 600 Kasus

Esti Widiyana - detikJatim
Selasa, 05 Mar 2024 04:30 WIB
Ilustrasi nyamuk
Foto: Thinkstock
Surabaya -

Jumlah kasus demam berdarah (DBD) di Jatim ada 3.600 kasus lebih di awal 2024. Kasus terbanyak ada di Probolinggo.

Berdasarkan data dari Dinkes Jatim, kasus DBD di Jatim tahun 2024 meningkat dibandingkan tahun 2023. Kasus DBD sepanjang tahun 2023 sendiri sebanyak 9.041.

"Tahun 2023 kan sekitar 9.041 kasus ini sampai Februari minggu ketiga saja sudah 3.638 berarti kan belum sampai triwulan satu ya. Jadi kalau bisa diprediksi misalnya tiga kalinya sudah 9.000 lebih kan jadi bisa minimal hampir sama atau bisa melebihi tahun 2023," ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Jatim drg Sulvi Anggraeni, Senin (4/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sulvi menyebut angka DBD tertinggi ada Kabupaten Probolinggo dengan 600 kasus di tahun 2024. Sedangkan di Kota Surabaya saat ini terdapat lebih dari 30 kasus DBD.

"Surabaya Alhamdulillah memang masih terkendali dibandingkan beberapa kabupaten kota yang kasusnya cukup banyak tapi memang sudah mulai ada peningkatan," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Sulvi menjelaskan berdasarkan tren, kasus DBD memang meningkat saat musim hujan. Biasanya peningkatan terjadi di akhir atau awal tahun.

"Mungkin waktunya bergeser-geser sedikit ya bulannya, tapi memang peningkatannya lebih banyak di musim penghujan. Nah kalau kita lihat cuaca memang saat ini kan kita nggak bisa prediksi seperti tahun-tahun dulu ya, nah sekarang banyak naik turn-nya tapi kalau lihat ukurannya kemarin waktu awal-awal Januari sebenarnya memang masih datar tiba-tiba naik lagi di Januari akhir sampai Februari," jelasnya.

Upaya pencegahan DBD yang dapat dilakukan, kata Sulvi, yakni menerapkan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) 3M (Menguras, Menutup, Mendaur Ulang) Plus. Lalu Vaksin DBD, vaksin DBD TAK-003 diproduksi oleh perusahaan bersama Takeda asal Jepang. Namun vaksin itu belum menjadi program pemerintah dan bisa didapatkan dengan biaya pribadi.

"Kalau masyarakatnya mampu, ya silakan membeli. Karena kalau dilihat dari harganya itu jauh lebih murah dibandingkan kalau kita sakit DBD sama di rumah sakit, ya itu jauh lebih mahal dan itu pilihan kepada masyarakat," ujarnya.

Sulvi menegaskan vaksin DBD Takeda ini aman. Selain perlindungan diri, juga penting menerapkan PSN 3M Plus.

"Kami dari sektor kesehatan dari Kementerian Kesehatan maupun Kesehatan Provinsi juga mendukung PSN 3M plus, vaksinasi tetap jalan," pungkasnya.




(esw/iwd)


Hide Ads