Di era media sosial ini masih banyak pemuda yang kesulitan menyampaikan aspirasi dalam hal pembangunan kota. Untuk itulah Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memfasilitasi mereka agar bebas berpendapat di Rumah Inkubasi Surabaya Next Leader (SNL).
Walkot Eri Cahyadi telah meresmikan SNL yang berada di Jalan Cimanuk No 27, Kecamatan Wonokromo agar menjadi wadah tempat berkumpul sekaligus untuk menyampaikan aspirasi bagi kawula muda Surabaya.
Eri mengatakan bahwa tempat itu sedang dipersiapkan untuk mewujudkan Generasi Emas di tahun 2045.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kota itu tidak akan pernah berhasil menjadi kota yang luar biasa, kalau pemudanya hanya diam dan tertidur di rumahnya," kata Eri di rumah SNL, Minggu (17/12/2023).
Eri ingin SNL ini menjadi rumah untuk menyalurkan aspirasi kawula muda di Kota Pahlawan. Ia juga mengajak anak-anak muda untuk turut serta dalam membangun kota.
Mantan Kepala Bappeko Surabaya itu menjelaskan keberadaan SNL bermula dari jarangnya keterlibatan anak muda dalam kegiatan pembangunan. Baik itu di tingkat lingkungan RT, RW, maupun pemerintahan.
"Selama ini, pemerintah bicara terkait kota, apa yang dibicarakan? Kalau ada Musrembang (Musyawarah Rencana Pembangunan), sing teko iku (yang datang itu) pasti Pak RT, pasti Pak RW, yang diomongkan apa? Saluran, apa lagi? PJU (penerangan jalan umum), tapi mana pemuda-pemudanya?," jelasnya.
Oleh karena itu, ia ingin anak muda Surabaya berani bicara dan terlibat dalam pembangunan kota. Dengan begitu, maka terwujudlah generasi emas pada tahun 2045 nanti.
"Waktunya bangkit, waktunya bangun, untuk mengubah kota ini. Karena kota ini akan berubah kalau pemudanya luar biasa. Apakah sampean rela ketika kota ini ditempati oleh bukan orang-orang Surabaya? Apakah rela, kalau di Surabaya ini pemuda-pemudanya hanya jadi penonton?," tegasnya.
Tujuan SNL ini juga supaya para pemuda di Kota Pahlawan tidak terpengaruh dengan hal negatif yang merusak pemikiran mereka karena terlalu sering bermain gadget.
"Kalau sudah main gadget di kamar, wis nggak metu (nggak keluar rumah). Nggak pernah kumpul atau sosialisasi. Maka di sanalah pemuda akan mengalami kemunduran, tidak pernah bisa berorganisasi, dan tidak berani mengeluarkan pendapat. Maka hancur lah masa-masa anak muda," ujarnya.
(dpe/iwd)