Puluhan petani yang tergabung dalam Koalisi Petani Mojokerto Menggugat (KPMM) berunjuk rasa di depan kantor Perhutani. Demonstrasi ini salah satunya dipicu ketakutan para petani akan digusur proyek perkebunan tebu pemerintah.
Massa petani menggeruduk kantor Perhutani KPH Mojokerto di Jalan HOS Cokroaminoto sekitar pukul 09.30 WIB. Mereka langsung membentuk barisan, lalu berorasi sembari membentangkan poster dan banner berisi tuntutan. Emak-emak juga terlibat dalam demonstrasi ini.
Koordinator KPMM Mohammad Trijanto mengatakan unjuk rasa ini dipicu kekhawatiran para petani tergusur perkebunan tebu yang akan dibuka Perhutani KPH Mojokerto. Selama ini para pertani di Kecamatan Kemlagi menggarap lahan Perhutani untuk kayu putih dan palawija.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kawan-kawan petani mau diusir, area tanamnya dibuldozer, sudah ada alat beratnya 3 minggu lalu. Lokasi alat berat di Desa Kemlagi. Alat berat untuk pengolahan lahan ditanami tebu dengan dalih ketahanan pangan. Ini praktik-praktik kolonialisasi," terangnya kepada wartawan di lokasi unjuk rasa, Selasa (24/10/2023).
Selain itu, lanjut Trijanto, para petani juga menuntut Perhutani menjalin kemitraan sesuai peraturan undang-undang. "Kami berharap oknum perhutani yang bermain di lahan harus ditindak. Kawan-kawan Perhutani harus menerapkan skema kemitraan baru," jelasnya.
Sekitar pukul 10.20 WIB, ADM Perum Perhutani KPH Mojokerto Adrian Hidayat menemui massa petani. Pertemuan terbuka ini membuat para petani akhirnya lega. Sebab tidak akan ada penggusuran seperti yang dikhawatirkan para petani.
"Tadi ada kesepakatan tak ada lagi pengusiran. Ke depan para petani tetap menanam di tanah garapan semula. Nanti akan dikomunikasikan konsep kemitraan ke depan," ujar Trijanto.
Adrian menuturkan Perhutani mendapatkan tugas dari pemerintah membuka 12.000 hektare hutan di Jawa untuk ditanami tebu. Perhutani KPH Mojokerto saja, tahun ini ditargetkan membuka 466 hektare untuk tebu. Dari jumlah itu, sekitar 180 hektare terletak di Kecamatan Kemlagi. Tugas tersebut untuk swasembada gula.
Karena terjadi gejolak, lanjut Adrian, pihaknya menunda pembukaan kebun tebu hingga tahun depan. Ia menegaskan pembukaan kebun tebu tidak menggusur para petani. Namun, pengalihan komoditas dari tanaman jati, kayu putih dan agroforestry melibatkan para petani sebagai mitra.
"Bukan pengambilan lahan, intinya pengalihan komoditas. Kami ajak mereka kembangkan tebu karena lokasi itu ditunjuk menteri untuk tanaman tebu. Akan kami jelaskan lagi karena kami kembangkan pola kerja sama. Jika tak mau kerja sama, Perhutani membiayai mereka menjadi tenaga kerja," tegasnya.
Setelah mendapatkan penjelasan dari Adrian, massa petani akhirnya membubarkan diri sekitar pukul 11.00 WIB.
(abq/iwd)