Cerita Arek Malang Suarakan Keadilan Tragedi Kanjuruhan Lewat Paper Power

Cerita Arek Malang Suarakan Keadilan Tragedi Kanjuruhan Lewat Paper Power

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Selasa, 03 Okt 2023 18:21 WIB
Paper power
Gerakan paper power di Malang. (Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim)
Malang -

Gerakan bawah tanah paper power atau memasang poster di tempat publik menjadi salah satu cara Arek Malang menyuarakan keadilan Tragedi Kanjuruhan. Salah satu warga Malang yang ikut terlibat dalam gerakan paper power Tragedi Kanjuruhan turut membagikan ceritanya.

Selama melakukan gerakan ini bersama teman-temannya, pemuda asal Malang yang enggan disebutkan namanya itu mengaku tidak pernah bersinggungan dengan petugas kepolisian. Dia memastikan tidak pernah ada intimidasi maupun dimintai keterangan aparat berwajib.

"Tentu berurusan dengan polisi bukan sesuatu yang kami harapkan. Kebebasan berpendapat harus hadir di tengah respons atas Tragedi Kanjuruhan yang kami rasa belum memenuhi rasa keadilan," ujarnya kepada detikJatim, Selasa (3/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, jika petugas kepolisian sampai melakukan tindakan, baik menangkap maupun memintai keterangan para pelaku gerakan paper power dalam segala macam isu, sama saja dengan merenggut hak kebebasan berpendapat masyarakat. Sebab, gerakan paper power ini merupakan alternatif menyampaikan aspirasi dan pengingat publik dalam berbagai macam isu melalui sebuah poster yang ditempelkan di tembok maupun tempat-tempat yang bisa dilihat masyarakat umum.

"Konsep paper power adalah gerakan protes tanpa harus memobilisasi massa turun jalan, walau faktanya dalam aksi-aksi massa turun jalan. Paper power selalu hadir di tengah aksi-aksi demonstrasi sebagai materi visual, itu hal yang mengalir dan organik saja dari kawan-kawan yang bersolidaritas," kata dia.

ADVERTISEMENT

Ia menyampaikan, dalam gerakan paper power tidak dilakukan asal-asalan. Sebisa mungkin materi yang dibawanya tidak memenuhi unsur delik, murni sebagai medium menyampaikan pendapat dan menggunakan fasilitas kebebasan berpendapat yang memang dipersilahkan Negara.

Dalam setiap menerbitkan materi poster juga selalu diselipkan semacam catatan panduan untuk kawan-kawan yang kolektif menggunakan paper power agar tetap memperhatikan batasan pengaplikasian. Misalnya, dilarang menempel di tempat-tempat ibadah, sekolah, rambu lalu lintas, dan merekomendasikan menempatkan poster pada media-media yang tepat.

"Jadi garis besarnya, paper power perlu dibaca sebagai upaya cara lain menyampaikan pendapat. Alternatif bagi mereka yang masih jengah dan memiliki keterbatasan untuk terus menyuarakan tuntutan agar keadilan atas Tragedi Kanjuruhan," ungkapnya.

"Sebagai pengingat untuk pihak-pihak yang harus bertanggung jawab agar senantiasa mawas diri dan sadar apa yang harus mereka lalukan untuk para korban 135 nyawa atas Tragedi Kanjuruhan," sambungnya.

Ia menyakini gerakan paper power Tragedi Kanjuruhan akan terus konsisten dilakukan untuk mengambil peran kecil di tengah isu-isu sosial yang berorientasi pada korban dengan cara pendekatan visual dan teks.




(dpe/dte)


Hide Ads