Kasus stunting, gizi buruk anak hingga kematian ibu dan anak di Surabaya hingga kini masih menjadi PR. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengajak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) mewujudkan zero stunting tahun ini.
"Targetnya tidak hanya ingin Surabaya zero stunting. Tapi, juga zero gizi buruk serta zero angka kematian ibu dan anak. Saya selalu katakan, pemkot tidak bisa berjalan sendiri, pemkot memiliki perguruan tinggi yang luar biasa, sangat hebat, fakultas kedokteran Unair," kata Eri di Aula FK Unair, Rabu (9/8/2023).
Pemkot Surabaya juga mendapat bantuan dari Dekan FK Unair Prof Dr dr Budi Santoso untuk membantu penanganan stunting dengan mengarahkan mahasiswa dan dokter muda. Hal ini membuat Eri semakin optimis bisa mewujudkan 2023 zero stunting.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika beliau (Prof Budi) menyampaikan tadi, maka muncul semangat baru, muncul keyakinan baru. Maka Insyaallah di tahun ini kita bisa melewati itu semuanya," ujarnya.
Pada Agustus 2023 ini, Pemkot dan FK Unair akan menggenjot target zero stunting, gizi buruk dan angka kematian ibu dan anak. Adapun pelayanan Ultrasonografi (USG) guna mencegah angka kematian ibu dan anak, pendampingan dokter anak hingga pendampingan mahasiswa FK Unair home visit melalui Balai RW.
"Insyaallah bulan Agustus ini, kalau memungkinkan ya (Digerakkan serentak) sebelum 17 Agustus. Karena 17 Agustus adalah Hari Kemerdekaan, maka juga harus merdeka dari stunting, kemiskinan, angka kematian ibu dan anak bisa terwujud di Surabaya," jelasnya.
Eri menyebut, tahun 2021 kasus stunting di Kota Surabaya menurun 28,9 persen (6.772 balita), kemudian di tahun 2022 turun menjadi 4,8 persen (923 balita) sehingga menjadi kota yang terendah kasus stuntingnya di Indonesia. Hingga akhirnya per 30 Juni 2023 angka stunting di Kota Surabaya tersisa 651 balita.
"Sama dengan angka kematian ibu dan anak di Kota Surabaya, dalam hal pencegahan kita terbaik kedua di Jawa Timur. Padahal sebelumnya kita yang tertinggi (angka kematian ibu dan anak), ini karena apa? Sinergi dengan semua stakeholder yang ada khususnya FK Unair," urainya.
Sementara Dekan FK Unair, Prof Budi mengatakan pihaknya memiliki 315 mahasiswa perangkatan. Selama ini pihaknya juga sudah menggandeng dengan Pemkot Surabaya untuk membantu masyarakat.
"Mungkin kita akan melakukan satu pelatihan untuk mahasiswa FK Unair, Ubaya, UMS, Unusa dan sebagainya, Sehingga masteri yang diberikan adik-adik mahasiswa ini i sama," kata Prof Budi.
Dia menyebut jika satu fakultas saja ada sekitar 100-300 mahasiswa yang terjun ke masyarakat, sehingga angka stunting dan kematian ibu dan bayi menurun dapat ditekan.
"Konsep pendampingan ini, sebenarnya kita sudah sosialisasi ke nasional pada pertemuan di Jogjakarta 2 Minggu lalu, jadi adik-adik mahasiswa ini mendampingi ibu hamil. Katakanlah kalau ada keluhan, adik-adik mahasiswa yang memantau ada keluhan apa, sudah waktunya kontrol, sampai nanti sudah melahirkan oh sudah selesai tugasnya," pungkasnya.
(esw/fat)