Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak berharap pesantren bisa terus menjadi center of gravity. Menurut Emil, Indonesia, termasuk Jawa Timur memiliki peran sebagai salah satu kutub dan rujukan kecendikiawanan Islam, di mana tonggak estafetnya berada di tangan santri.
Hal ini diungkapkan Emil saat membuka Musabawah Qira'atil Kutub tingkat Nasional (MQKN) tahun 2023. Ada sebanyak 2.195 santri pondok pesantren (ponpes) dan mahasantri Ma'had Aly dari 35 provinsi di Indonesia yang mengikuti agenda ini. Diketahui, agenda ini mengusung tema 'Rekontekstualisasi Turats untuk Peradaban dan Kerukunan Indonesia'.
"Kami merasa bersyukur, mudah-mudahan pesantren akan terus menjadi kutub dan center of gravity untuk peradaban dan keilmuan di Indonesia. Serta melihat generasi muda yang berilmu dan berakhlak, etos kerja baik dan berbudi pekerti luhur, juga memiliki daya saing global akan lahir salah satunya dari santri delegasi MQKN ini," kata Emil melalui keterangan tertulis yang diterima detikJatim, Kamis (13/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Emil bersyukur atas kembali terselenggaranya kegiatan MQKN ini. Pasalnya, hal tersebut merupakan ajang unjuk gigi para santriwan dan santriwati serta mahasantri dari seluruh Indonesia.
"Setelah 6 tahun lamanya vakum, kembali diselenggarakan dan suatu kehormatan bisa diselenggarakan di tempat yang luar biasa ini di mana tentunya dapat mengenang jejak perjalanan salah satu Wali Songo yakni Sunan Drajat," tuturnya.
"Ponpes Sunan Drajat adalah salah satu ponpes yang tentunya ingin mengedepankan bahwa santri merupakan insan yang hebat dan mampu membangun negeri di segala bidang pengabdian," sambungnya.
Berkaitan dengan tema yang diangkat dalam gekaran MQKN ini, Emil mengatakan belum lama ini menyambut delegasi Organization Islamic Cooperation-Cultural Acitivity (OIC-CA) 2023, pada 7 Juli 2023 lalu di Anjungan Jawa Timur Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. Di sana ia bertemu delegasi dari 55 negara Islam dunia.
"Di sana kita menunjukkan ke seluruh dunia bahwasanya Islamic schorlarship, kecendikiawanan Islam, kemajuan dari ilmu keagamaan di dunia, Indonesia memainkan peranan yang penting, bahwa kiai dan ulama nusantara memainkan peranan yang penting," ungkapnya.
Oleh karena itu, lanjut Emil, semangat rekontekstualisasi Turats yang diusung kali ini merupakan salah satu upaya untuk menjaga karya para kiai dan ulama Nusantara dan layak diperkenalkan ke seluruh dunia.
"Kita juga melakukan digitalisasi Turats tersebut. Bahkan oleh Ibu Gubernur sudah dibawa ke Saudi Arabia dan Mesir. Di sana diselenggarakan pula seminar cendikiawanan Islam di Indonesia," ujarnya.
Di akhir, Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah di Jatim ini berharap, gelaran MQKN tidak semata menjadi wahana untuk berlatih dan belomba membaca Kutubul Turats melainkan mengedukasi umat.
"Saya mengharapkan ajang ini menjadi jalan mengedukasi umat untuk semakin mencintai dan membumikan model literasi peradaban Islam warisan ulama terdahulu. Untuk selanjutnya mereka juga mampu menghasilkan karya-karya hebat tersebut," pungkasnya.
(hil/dte)