Sejumlah bencana alam banjir tanah longsor melanda wilayah Jawa Timur. Pemerintah memastikan seluruhnya tertangani dengan baik, termasuk longsor di Trenggalek.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengatakan, salah satu prioritas penanganan adalah pencarian enam korban tanah longsor di Dusun Kebonagung, Desa Depok, Kecamatan Bendungan, Trenggalek.
Pihaknya mengaku telah berkoordinasi dengan Kantor SAR Surabaya guna membahas langkah tanggap darurat bencana yang membutuhkan tim Basarnas di Jatim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berterima kasih kepada Pak Zainal dan Basarnas yang sudah berkenan menerima kami. Koordinasi ini penting karena saat ini ada tujuh titik bencana aktif yang sedang ditangani simultan, termasuk longsor di Trenggalek," kata Emil, melalui pers rilis yang diterima detikJatim, Rabu (21/05/2025).
Selain Trenggalek, sejumlah lokasi lain yang masih dalam penanganan bencana banjir dan longsor di antaranya kasus orang hanyut di Lumajang, juga bencana di Pasuruan, Tulungagung, Ponorogo, dan Blitar. Sedangkan 2 lokasi lain yakni Sampang dan Mojo, Kediri telah dinyatakan selesai ditangani.
"Karena kasus aktif di Jawa Timur yang ditangani Basarnas semua dikoordinasi dari kantor ini. kemudian ada kasus yang sudah tertangani di Sampang dan juga di Mojo Kediri", lanjutnya.
Menurut Emil, wilayah selatan Jawa Timur memang memiliki kerawanan tinggi terhadap longsor karena kontur pegunungan dan jenis tanah yang ekspansif.
"Karena memang wilayah di selatan ini ada kerawanan karena dia konturnya pegunungan dengan tanah yang kalau terkena air itu dia berekspansi atau ekspansif soil," tuturnya.
Selanjutnya, Mantan Bupati Trenggalek ini menjelaskan tindak lanjut jangka pendek yang diambil Pemprov Jatim adalah dengan segera melakukan inventarisasi desa-desa yang selama beberapa tahun terakhir mengalami longsor berulang.
Inventarisasi itu akan menjadi dasar kesiagaan ekstra sekaligus meningkatkan kesiagaan di rumah-rumah yang sudah masuk dalam data daftar kandidat relokasi akibat kondisi tanah yang tidak stabil.
"Yang tidak kalah penting di depan mata ada daftar rumah yang sudah menjadi kandidat relokasi karena terjadi kondisi instabilitas tanah yang terdeteksi termasuk tanah yang sudah terbuka rongga di beberapa kabupaten yang akan segera di identifikasi hari ini," jelas Emil.
Ia menekankan penanganan bencana tidak hanya jangka pendek, tetapi juga perlu pendekatan jangka panjang. Salah satunya dengan identifikasi struktur tanah, penguatan infrastruktur dan penyusunan kebijakan relokasi yang berpihak pada keselamatan warga.
"Kami harus segera berkoordinasi dengan para kepala desa, dan dalam waktu dekat Dinas PUSDA juga segera berkomunikasi dengan ahli geologis untuk mendapatkan gambaran teknis mengenai situasi tanah dan longsor di titik operasi tersebut" tegasnya.
Lanjut Emil, apresiasi kepada para kepala instansi yang hadir dari PU Bina Marga, Ciptakarya, Sumber daya air, kepala BPBD dan kepala Bakorwil Madiun.
"Kami ingin menyampaikan apresiasi ini beliau-beliau yang hadir ini kebetulan langsung para kepala yang bisa hadir dari PU Bina Marga, Ciptakarya, Sumber daya air, kepala BPBD tentunya Pak Heru kepala Bakorwil Madiun," tutupnya.
Koordinasi ini dilakukan sebagai komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam memastikan penanganan bencana dilakukan secara cepat, terkoordinasi, dan berbasis data demi keselamatan masyarakat.
(dpe/hil)