Ngalam Mbois: Babinsa Tanam Kopi Angkat Perekonomian Warga Lereng Bromo

Ngalam Mbois: Babinsa Tanam Kopi Angkat Perekonomian Warga Lereng Bromo

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Senin, 27 Mar 2023 12:55 WIB
Serka Heri Purnomo mengembangkan kopi di Malang
Serka Heri Purnomo/Foto: Dokumen pribadi
Malang - Kesibukan Sersan Kepala (Serka) Heri Purnomo sebagai Babinsa di Desa Taji, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang tidak menyurutkan semangatnya untuk berkembang. Hal itu dibuktikannya dengan menggeluti usaha kopi.

Heri yang dinas dalam satuan KODIM 0818/23 Kabupaten Malang-Kota Batu itu menyampaikan, usaha kopi di Desa Taji pertama kali dimulai pada tahun 2010. Mulanya, terdapat sebuah permasalahan longsor yang kerap terjadi di daerah lereng pegunungan Bromo.

Dari situ, Heri mengusulkan untuk menanam kopi sebagai upaya penghijauan. Tanaman kopi dipilih karena memiliki pohon yang lebih kuat dibandingkan sayuran atau ubi. Tak hanya itu, kopi juga dinilai memiliki nilai ekonomi yang lebih baik.

"Longsor-longsor itu terjadi karena hutan di sekitar desa banyak yang gundul digunakan untuk menanam singkong dan sayur. Saya berpikir untuk melakukan penghijauan dengan menanam kopi," ujar Heri saat dihubungi detikJatim, Senin (27/3/2023).

"Selain itu, pada tahun 2010 sampai 2011 itu warga di Desa Taji saya lihat pola hidupnya tertinggal, bahkan rata-rata lulusan SD semua, yang SMP jarang. Dari situ, tanaman kopi menurut saya menjadi jawaban untuk mengangkat ekonomi dan penghijauan," sambungnya.

Waktu itu, Heri memulai menanam kopi di lahan perhutani dengan mengganti milik masyarakat sebelumnya. Pada satu bulan pertama, luasan tanah yang digunakan Heri hanya sekitar seperempat hektare dan terus berkembang hingga saat ini.

"Kalau punya saya sendiri yang siap panen saat ini sekitar 3 hektare. Kalau secara keseluruhan sama lahan warga Desa Taji ya ratusan hektare ada. Cuma lokasinya terpencar-pencar karena memang tujuannya untuk penghijauan hutan," kata dia.

Tak dimungkiri Heri, saat pertama mengenalkan tanaman kopi kepada warga desa, memang sangat sulit. Bahkan, tak banyak dukungan yang ia dapat. Setidaknya, dari 43 orang yang dibimbing hanya bertahan sekitar 10 orang saja.

Serka Heri Purnomo mengembangkan kopi di MalangSerka Heri Purnomo mengembangkan kopi di Malang Foto: Dokumen pribadi

"Memang dulu kendalanya banyak warga yang sulit percaya bahwa tanaman kopi itu menghasilkan. Selama beberapa tahun saya bersama 10 orang ini belajar tentang dunia kopi dari hulu ke hilir hingga tahun 2016 tanaman kopi kami berhasil berbuah," terangnya.

Warga lain yang melihat bukti nyata itu akhirnya memutuskan untuk ikut menanam kopi. Setidaknya, saat ini ada lebih dari 100 orang yang menggeluti dunia kopi.

Tak berhenti di situ, Heri terus mencoba mengembangkan usaha kopinya dengan cara memperkaya ilmu, berbagai komunitas kopi di Malang Raya dan Jawa Timur diikutinya. Tak jarang Heri juga mengikuti beberapa perlombaan kopi dan mendapatkan juara.

Sejauh ini, jenis kopi yang ditanam oleh warga Desa Taji adalah Arabica dan Robusta. Menariknya, untuk kopi jenis robusta ini ditanam di lereng gunung Bromo dengan ketinggian 1.000 mdpl. Sehingga, cita rasa kopi robusta yang dihasilkan lebih baik khas.

"Jadi bukan kopi robusta biasa tapi Fine Robusta. Fine robusta itu kalau cita rasanya dari penggiat kopi di indonesia itu ya lebih wangi, pahit nggak terlalu better dan pahit asamnya muncul juga meski robusta," ungkapnya.

Hasil kopi dari Desa Taji telah dijual hampir ke seluruh Jawa Timur, utamanya di daerah Surabaya dan Malang. Kopi dari Desa Taji juga dilirik negara lain seperti Australia, Belanda hingga Arab.

"Permintaan ekspor banyak. Kemarin ada yang ke Arab. Pertama tawaran itu ke Belanda dan Australia, tapi barang kita nggak ada atau tidak mencukupi jadi ya ditolak dulu. Ke depan kalau penghasilan kopi kami semakin banyak kemungkinan bisa kita kirim ke sana," terangnya.

Untuk harga kopi, dibanderol dengan harga Rp 55 ribu hingga Rp 150 ribu per kilogramnya.

Melihat warga Desa Taji telah berkembang dan berdayaguna, Heri berharap dan terus berupaya agar usaha kopi ini bisa berkembang ke daerah-daerah lain di Kabupaten Malang.

"Kita akan terus mengembangkan di Kecamatan lainnya, Tumpang dan Poncokusumo, karena permintaan kopi sangat tinggi, sehingga bahan baku kurang, yang saya garap di hulunya atau kebunnya, yang kita kerjakan rata-rata lahan Perhutani, tanpa harus memotong tanaman yang sudah ada," tandasnya.


(hil/dte)


Hide Ads