Siapa sangka animator andal yang menggarap sejumlah film Disney seperti Top Wing dan Vampirina berasal dari Kota Malang. Animator muda berbakat itu ialah Tatik Setyowati (23). Tidak hanya Disney, ia juga terlibat dalam pembuatan film animasi Tanah Air seperti Kiko.
Tatik adalah warga Kelurahan Bakalankrajan, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Di usianya yang terbilang muda, Tatik memiliki keterampilan mengagumkan di bidang animasi.
Tidak hanya Kiko dan Vampirina, Tatik juga menggarap film animasi lain misalnya Ghost Force yakni serial animasi asal Prancis, juga animasi Osiji dari Pemkot Malang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tatik menggeluti dunia Animasi sejak masih duduk di bangku SMA. Awalnya dia berpikir bahwa keterampilan animasi yang dia ambil itu biasa saja. Tapi pada kenyataannya tak semudah yang dibayangkan.
"Saya sekolah di SMK 4 Grafika. Saya ambil jurusan animasi dengan hanya berbekal suka gambar aja. Dulu saya pikir biasa aja karena lihat kakak juga ambil jurusan animasi, ternyata sulit," ujarnya, Senin (13/3/2023).
Meski begitu, karena sudah terlanjur masuk ke dalam dunia animasi, Tatik berupaya untuk mengasah kemampuannya secara maksimal agar bisa menguasai seluruh teknik keterampilan animasi.
Setelah lulus sekolah, Tatik memutuskan untuk melanjutkan kuliah di kampus Asia. Sayang, karena keterbatasan biaya kuliah, Tatik berhenti di semester 1 dan memutuskan menjadi animator freelance.
"Sempat kerja di Tangerang Selatan terus disuruh pulang. Waktu itu coba mau daftar kuliah, terus tahu ternyata terlalu mahal akhirnya nggak jadi. Terus nyoba freelance," kata dia.
Selama menggeluti dunia animasi, berbagai suka duka telah dialaminya. Apalagi jika berbicara soal mental. Hal itu menjadi tantangan tersendiri baginya, mengingat perempuan yang menggeluti dunia animasi juga tidak banyak.
![]() |
Tantangan lain yang dihadapinya dalam dunia animasi ini adalah menyajikan karya bagus dan tidak asal-asalan. Perlu ada sentuhan komprehensif untuk membuat gambar bisa menghasilkan pergerakan yang hidup.
"Karena ada yang cuma gerak tapi tidak ada feels-nya. Kurang real, malah jadi seperti robot. Prinsip animasi tidak semua dimasukkan, jadinya asal gerak. Tapi waktu, timing, dan spasi (jeda)-nya harus ada," terang Tatik.
Kesulitan terakhir yang dihadapi dalam menjadi animator adalah menyesuaikan jam kerja. Belum lagi saat ada deadline yang memaksa Tatik harus sering begadang untuk menyelesaikan tugasnya.
"Pernah tiga hari itu saya nggak tidur karena keteteran banyak kerjaan. Keteterannya mungkin pas lagi down karena masalah di luar pekerjaan atau masalah deadline yang memang ketat," katanya.
Namun, berbagai kesulitan telah dia lalui dengan sekuat tenaga. Hingga seluruhnya bisa berbuah manis. Kemampuannya memproduksi animasi dipercayai banyak pihak baik dari Indonesia maupun luar negeri.
Bahkan salah satu karya yang sampai saat ini dianggap sangat berkesan adalah animasi Vampirina dari Disney. Awalnya beberapa tahun lalu saat Tatik magang di Batam mendapat kesempatan menggarap Vampirina season 1.
Setelah itu, seiring waktu berjalan Vampirina Season 2 dihadirkan. Tatik yang kala itu bergabung dengan sebuah studio musik mendapat kesempatan kembali mengerjakan Vampirina season 2.
Menurutnya itu momen berkesan, karena saat dia baru masuk dalam dunia animasi sudah mendapatkan tantangan yang luar biasa. Sebab, ia menilai serial tersebut kelasnya cukup tinggi kala itu.
Alumni SMPN 17 Malang itu memiliki impian besar bisa menggarap animasi kelas dunia lain. Tak hanya itu, Tatik juga berkeinginan bisa melanjutkan kuliahnya di luar negeri.
"Impian saya bisa kuliah di luar negeri, di bidang animasi juga. Mungkin kuliah di Australia. Sekaligus ingin kerja di luar negeri juga biar tahu perbedaannya, terus kerja sambil liburan," katanya.
(dpe/dte)