249 Kasus Leptospirosis di Jatim hingga Maret 2023, 9 Orang Meninggal

249 Kasus Leptospirosis di Jatim hingga Maret 2023, 9 Orang Meninggal

Faiq Azmi - detikJatim
Selasa, 07 Mar 2023 04:01 WIB
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat meninjau banjir di salah satu daerah.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat meninjau banjir di salah satu daerah. (Foto: Istimewa)
Surabaya -

Dinas Kesehatan Jawa Timur mencatat hingga Maret 2023 kasus leptospirosis di Jatim telah menjangkiti 249 orang. Sudah 9 orang meninggal akibat penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira tersebut.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebutkan bahwa jumlah kasus leptospirosis saat ini sudah cukup mengkhawatirkan bila dibandingkan dengan jumlah kasus sepanjang 2022.

"Berdasarkan data Dinkes Jatim, kasus leptospirosis pada 2022 sejumlah 606 kasus. Sedangkan sampai dengan 5 Maret 2023 jumlahnya sudah 249 kasus. Kita harus waspada agar jangan sampai kita abai atas problem kesehatan ini," ujar Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Senin (6/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan bahwa penyakit leptospirosis bisa ditemukan setiap waktu. Namun, kemungkinan terjadinya peningkatan terjadi di musim penghujan seperti sekarang.

Untuk itu dia mengimbau seluruh masyarakat Jatim agar memperhatikan kesehatan dan kebersihan di musim penghujan ini. Dia menyebutkan bahwa penyakit leptospirosis sama perlunya untuk diwaspadai bersama penyakit lain seperti flu dan demam berdarah.

ADVERTISEMENT

Perlu disadari bahwa penyebaran penyakit ini bisa melalui urin dari hewan yang terinfeksi bakteri leptospira lalu berimbas pada lingkungan sekitarnya, terutama di lingkungan yang terdapat genangan air yang bisa kontak langsung dengan kulit terluka/mukosa.

Penyebaran utama penyakit itu melalui air atau tanah yang sudah terkontaminasi urin hewan terinfeksi. Diketahui, hewan pembawa bakteri leptospira antara lain tikus, sapi, babi, dan lain sebagainya, tetapi tikus merupakan penyebab utamanya.

Khofifah mengungkapkan bahwa dari total 249 kasus yang terjadi di Jatim, kasus terbanyak ditemukan di Pacitan dengan jumlah mencapai 204 kasus dengan angka kematian 6 orang.

Selanjutnya di Kabupaten Probolinggo sebanyak 3 kasus dengan jumlah kematian 2 orang, Gresik 3 kasus, Lumajang 8 kasus, Kota Probolinggo 5 kasus dengan angka kematian 1 orang, Sampang 22 kasus, dan Tulungagung sejumlah 4 kasus.

Mantan Mensos RI itu mengimbau agar masyarakat yang merasakan gejala segera memeriksakan diri. Gejala itu antara lain demam (>38Β°C), nyeri kepala, nyeri otot, malaise (lelah), serta mata tampak merah atau kekuning-kuningan.

Mirip dengan demam berdarah, jika tidak segera tertangani, pasien terjangkit leptospirosis bisa meninggal. Khofifah berpesan kepada masyarakat untuk rajin mencuci anggota tubuh dengan sabun setelah beraktivitas, terutama di daerah yang terpapar hujan dan banjir.

Tak hanya itu, Mantan Mensos RI ini juga menyarankan penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan dan sepatu boot saat berkegiatan di area yang rawan terkontaminasi leptospira.

"Saya berpesan kepada seluruh masyarakat Jatim, jika merasakan gejala itu segera periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat agar segera mendapatkan penanganan medis," jelasnya.

Di sisi lain, Kadinkes Jatim Dr Erwin Astha Triyono juga mengimbau masyarakat agar meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) saat musim hujan. Khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir karena banyak penyakit yang dapat ditimbulkan.

Demi mengendalikan kasus Leptospirosis, Erwin telah menginstruksikan kepada Kadinkes kabupaten/kota untuk meningkatkan sistem kewaspadaan dini dengan pelaporan melalui SKDR yang sudah diverifikasi serta melakukan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor soal penanganan leptospirosis.

Dinkes Jatim juga telah menyiapkan ketersediaan RDT leptospirosis di masing-masing kabupaten/kota untuk mempermudah diagnosis serta mensosialisasikan tatalaksana pengobatan leptospirosis.

"Kejadian leptospirosis ini tidak hanya berkaitan dengan banjir saja tetapi juga terkait dengan air yang terkontaminasi urin hewan pembawa bakteri leptospira, seperti tikus, sapi, babi yang ada di sekitar lingkungan manusia.

Tak hanya itu, penularan Leptospirosis bisa terjadi melalui kontak erat dengan binatang ternak yang terinfeksi dan terjadi pada pekerjaan yang berpotensi kontak dengan sumber infeksi.




(dpe/iwd)


Hide Ads