"Di Indonesia angka stuntingnya 21,6%, sesuai arahan presiden dari 24% harus jadi 21%. Kalau di Jatim, Jember mengalami kenaikan menjadi tertinggi di Jatim. Tapi Surabaya mengalami penurunan yang sangat ekstrem, kejadiannya 4% dari di atas 20%, ini suatu prestasi," kata Hasto, Sabtu (11/2/2023).
"Jatim mengalami penurunan yang sangat signifikan, yaitu turun 4,2% menjadi 19,2% pada tahun 2022, angka ini di bawah 20% dari sebelumnya," imbuh Hasto di Program Edukasi 1.000 Bidan dan Intervensi Stunting.
Ia lalu menyebut peran bidan dalam penurunan stunting sangat penting. Karena peran bidan dalam mendampingi dan memberikan penyuluhan pada ibu hamil ternyata busa mengurangi tingkat stunting di Jawa Timur yang turun di bawah 20%.
Intervensi yang diberikan biasanya membekali pendidikan seks kepada anak-anak. Namun, masih ada seks dan persepsi salah. Sehingga terjadi 'kecelakaan' seks seperti hamil di luar nikah dan lainnya.
"Kenapa sumber perilaku seks kita itu banyak deviasi karena pengetahuannya yang tidak bagus. Oleh karena itu, BKKBN dengan generasi berencana harus memberikan pengetahuan dia," tutur Hasto.
"Jangan ditabukan pendidikan seks itu. Karena pendidikan seks itu bukan sexual intercourse education, bukan ajaran berhubungan seks, bukan. Tapi sex education bagaimana menyelamatkan organ perempuan dan organ laki-laki. Sangat jauh dari hubungan seks," jelasnya.
Oleh karena itu, Hasto menekankan pentingnya kesehatan reproduksi dan sex education atau kesehatan reproduksi. Agar tidak sampai terjadi hamil di luar nikah yang kemudian mengakibatkan stunting.
"Penelitian menujukkan semakin orang paham tentang masalah seks, semakin dia tidak main-main dengan seks. Ini real. Di Indonesia kanker mulut rahim nomor 2 setelah kanker payudara. Di negara lain kanker mulut rahim tidak ada nomornya, karena kanker yang bisa dicegah," tukas Hasto.
Senada, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menekankan, pentingnya peran bidan dalam upaya pencegahan stunting di 1.000 hari pertama kehidupan anak. Menurutnya, bidan merupakan garda terdepan yang dapat memberikan pendampingan, pengetahuan dan dukungan kepada para ibu sejak kehamilan hingga bayi berusia lima tahun.
"Ada tugas besar yang harus kita tuntaskan. Ini tugas di antara kita semua. Harus terbangun sinergi yang sangat bagus antar berbagai pihak. Bidan berada di posisi yang tepat untuk mengemban peran ini," kata Khofifah.
Menurutnya, para bidan dapat memberi penyuluhan terkait pola asuh yang benar bagi para ibu. Seperti mengonsumsi nutrisi yang cukup, pola hidup sehat, gizi anak tercukupi, untuk mengurasi risiko stunting.
"Bidan ini peranannya sangat signifikan dalam penurunan angka stunting pada anak. Bidan adalah garda terdepan, ujung tombak tenaga kesehatan. Merekalah yang selalu mendampingi para ibu, baik semenjak awal kehamilan sampai sang anak mencapai usia 5 tahun," ujarnya.
Khofifah menekankan efektifnya intervensi para bidan dalam menurunkan angka stunting. Hingga mencapai target Presiden Jokowi, yaitu 14% pada tahun 2024.
"Di tiap kegiatan kami, Pemprov Jatim seringkali mengundang ibu hamil dan anak-anak untuk menerima penyuluhan dan bantuan gizi. Kami juga selalu menekankan pentingnya gizi seimbang bagi anak-anak. Angka 14% ini bukan sekedar target, tapi menentukan masa depan bangsa," pungkasnya.
(abq/fat)