Bus listrik Trans Semanggi hibah kegiatan G20 di Bali berhenti beroperasi di Surabaya sejak 1 Januari. Penyebabnya karena kontrak operator dengan Kemenhub habis pada 31 Desember 2022. Mengenai terhentinya operasi bus listrik itu Damri selaku operator bus meminta maaf kepada masyarakat.
"Kami tentunya sebagai operator menyampaikan permohonan maaf ke masyarakat atas ketidaknyamanan ini. Layanan ini terhenti sementara karena sedang evaluasi agar bisa kembali dilakukan operasional," jelas GM Damri Surabaya Yulianto ditemui detikJatim di ruang kerjanya, Senin (9/1/2023).
Yulianto berharap masyarakat bisa mengerti dengan situasi saat ini. Dia juga berharap proses penyelesaian kontrak baru itu bisa segera tuntas sehingga bus listrik bisa segera beroperasi kembali.
"Daripada tetap beroperasi namun fakta di lapangan tidak memberikan kenyamanan ke pelanggan. Kami berharap besar ini bisa segera dioperasikan kembali," tambahnya.
Yulianto mengatakan bahwa penghentian operasional bus listrik ini sebenarnya tidak sesuai dengan rencana awal pemerintah. Bus listrik seharusnya tetap beroperasi pada 2023 in. Namun, pada akhir 2022 lalu ada sejumlah hal yang perlu dilakukan evaluasi.
"Target maksimal evaluasi harusnya akhir bulan ini selambat-lambatnya harus selesai. Nggak bisa kalau terlalu lama nggak beroperasi. Kuncinya di Kemenhub," ujarnya.
Ia menjelaskan ada alasan lain mengapa operasional bus listrik karya anak bangsa itu dihentikan sementara. Yakni perlunya dilakukan evaluasi operasional uji coba 2022. Evaluasi itu terkait kondisi dan teknologi pada kendaraan listrik itu sendiri. Namun alasan utamanya karena habisnya kontrak Kemenhub.
"Lainnya kami siapkan kelengkapan fasilitasnya, karena harapan kami dengan berhentinya ini ketika beroperasi bisa lebih siap untuk masyarakat. Saat ini sedang proses kontrak dengan Kemenhub. Alasan berhenti karena dalam proses kontrak dengan Kemenhub," jelasnya.
Yulianto mengatakan bahwa saat ini 3 di antara unit bus listrik yang ada sedang berada ITS untuk dilakukan evaluasi meliputi pola operasional dan teknologi kendaraan. Menurutnya perlu ada upgrade antara Dikti dan ITS atau ranah institusi untuk menyempurnakannya.
Misalnya terkait penggunaan daya. Selama beroperasi dua pekan, jarak tempuh bus listrik tersebut mencapai 160 km untuk sekali pengecasan. Oleh karena itu dilakukan evaluasi terhadap hal-hal minor yang mengganggu operasional.
"Bus itu kemampuan tempuh dengan kapasitas baterai penuh 160 km. Sedangkan km yang harus ditempuh dalam sehari sekitar 260 km. Pola operasional akan kami atur kembali setelah ada penyempurnaan," ujarnya.
Tidak hanya itu ia menyebutkan bahwa ada sejumlah hal yang perlu ditambahkan dalam teknologi bus itu. Salah satunya adalah penambahan daya untuk mendukung operasional yang lebih maksimal.
"Perlu tambah daya. Saya yakin ke depannya bus listrik akan semakin sempurna dan membaik. Kemampuan daya tempuh bisa panjang, bisa di atas 200-250 km," jelasnya.
Selama bus listrik tidak beroperasi Damri juga mengaku rugi. Baca di halaman selanjutnya.
(dte/dte)