Telaga Ngebel Ternyata Gunung Berapi yang Lebih Tua dari Wilis

Telaga Ngebel Ternyata Gunung Berapi yang Lebih Tua dari Wilis

Denza Perdana - detikJatim
Selasa, 03 Jan 2023 18:17 WIB
Telaga Ngebel Ponorogo
Telaga Ngebel. (Foto: Putu Intan/detikcom)
Ponorogo -

Tak ada yang benar-benar tahu kapan Telaga Ngebel di Desa/Kecamatan Ngebel, Ponorogo terbentuk. Belakangan akhirnya terkuak bahwa Telaga Ngebel ternyata merupakan gunung berapi tua yang usianya bahkan lebih tua dari Gunung Wilis.

Selama ini orang menganggap bahwa Telaga Ngebel di Ponorogo adalah bagian dari Pegunungan Wilis yang berada di enam kabupaten/kota mulai dari Kediri, Tulungagung, Nganjuk, Madiun, Trenggalek, dan Ponorogo.

Budayawan Ponorogo Gondo Puspito hanya menyebutkan bahwa telaga seluas 150 hektare di ketinggian 610 mdpl, yang berlokasi 24 kilometer di timur pusat kota Ponorogo, itu dahulu bukan bernama Ngebel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Telaga Ngebel kalau dalam masyarakat lokal disebut Telaga Nglingi," kata Gondo kepada kepada detikJatim dalam wawancara yang dilakukan pada Sabtu 13 Februari dua tahun lalu.

Saat itu Gondo menjelaskan telaga itu disebut Nglingi karena secara teritori telaga itu memang sebagian besar berada di Dukuh Nglingi yang berada di Desa/Kecamatan Ngebel. Arti nama Nglingi sendiri adalah ngelingi atau mengingat peristiwa.

ADVERTISEMENT

"Nglingi artinya ngelingi atau mengingat peristiwa besar. Yakni peristiwa terjadinya telaga yang dikenal dengan Legenda Naga Baruklinting," ujar pria tersebut.

Seiring bertambahnya waktu, Gondo mengatakan bahwa warga lebih mengenal telaga itu dengan nama Telaga Ngebel karena memang telaga itu berada di Kecamatan Ngebel. Ngebel sendiri berarti ngembel atau berair.

Tentang Legenda Naga Baruklinting yang berkaitan fenomena rutin ledakan gas belerang di Telaga Ngebel, detikJatim telah menyusun penjelasan di artikel berikut ini.

Dari ledakan gas belerang yang membuat banyak ikan mati itu juga salah seorang peneliti dari Universitas Muhammadiyah Ponorogo menduga bahwa di bawah Telaga Ngebel terdapat gunung berapi yang masih aktif.

Telaga Ngebel PonorogoTelaga Ngebel, Ponorogo. (Foto: Putu Intan/detikcom)

Peneliti itu adalah Dosen Pendidikan Keagamaan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Rido Kurnianto. Ia sempat melakukan penelitian tentang ritual Larung di Telaga Ngebel selama 2 tahun pada kurun waktu 2015-2017.

Rido sempat mendengar dan menyaksikan sendiri fenomena ledakan gas belerang pada 2016. Ia dengar dentuman dari dasar telaga itu, dilanjutkan kepulan asap putih di tengah telaga, bau anyir dan amis yang menyebar dari telaga, serta ikan yang mati.

Berdasarkan literatur yang dia baca tanda-tanda yang dikaitkan dengan kemunculan Naga Baruklinting, terutama ledakan gas belerang, adalah tanda-tanda aktivitas gunung berapi. Dia pun menduga Telaga Ngebel merupakan kaldera yang masih aktif.

"Informasi dari literatur yang saya baca, struktur tanah di Ponorogo ini masuk gunung aktif. Ditambah lagi Telaga Ngebel yang berada di kaki barat Gunung Wilis," ujar Rido kepada detikJatim.

Meski demikian, Rido mengakui bahwa dirinya belum pernah mendapati adanya penelitian yang intensif terkait gunung aktif yang ada di bawah Telaga Ngebel, Ponorogo tersebut.

Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim ITS Dr Ir Amien Widodo MSi memungkinkan bahwa fenomena ledakan gas belerang itu adalah aktivitas magma dari Pegunungan Wilis yang ia sebut letusan freatik atau letusan hidrotermal akibat tekanan air yang besar dari dalam bumi.

"Telaga Ngebel ini berada di Lereng Gunung Wilis. Nah, Gunung Wilis itu ada puncaknya. Bila ada magma yang mau keluar ketutup di puncak, dia akhirnya belok. Bisa ke lereng tadi, ke kiri atau ke kanan. Kalau letusannya itu ada istilahnya letusan freatik, karena dia melewati air. Nah itu nyembur tok, nyembur aja," kata Amien.

Hampir sama dengan Rido, Amien pun menduga bahwa Telaga Ngebel sebenarnya merupakan 'danau kawah'. Dia juga memungkinkan bahwa di bawah telaga itu ada aktivitas magma yang masih aktif.

"Jadi Telaga Ngebel itu danau kawah. Dimungkinkan bawahnya masih aktif. Tapi untuk mengetahui apakah itu aktivitas Gunung Wilis, nah ini yang tahu PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi-Badan Geologi) karena yang punya alatnya PVMBG," kata Amien.

Amien mengatakan alat yang dia maksudkan sejauh ini belum dipasang karena Gunung Wilis sudah tidak aktif. Namun, bila fenomena ledakan gas belerang itu siklusnya semakin maju atau malah frekuensinya semakin sering maka hal itu bisa segera dilaporkan ke PVMBG.

Ternyata gunung berapi yang lebih tua dari Gunung Wilis. Baca di halaman selanjutnya.

Koordinator Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Oktory Prambada menyebutkan bahwa Telaga Ngebel merupakan gunung api yang sangat tua.

"Jadi Telaga Ngebel itu dulunya bekas gunung api yang sangat tua. Dia itu meletus secara freatomagmatik. Sebenarnya (gunung ini) tidak ada hubungannya dengan Wilis karena (gunung tua/Telaga Ngebel) itu berada di jalur sesar yang mengarah dari timur laut mengarah ke barat daya,"ujar Oktory kepada detikJatim, Selasa (3/1/2023).

Erupsi freatomagmatik atau phreatomagmatic berdasarkan penjelasan aplikasi Magma Indonesia adalah erupsi gunung api hasil interaksi antara magma dan air. Erupsi itu berbeda dari erupsi magmatik atau erupsi freatik seperti disebutkan Amien Widodo.

"Nah karena ada di jalur sesar, ada satu zona lemah yang menghasilkan rekahan-rekahan. Rekahan itu yang diterobos oleh magma. Gunung api tua itu di atasnya ada danau (kawah). Gunung itu meletus besar sehingga terjadilah bentukannya Telaga Ngebel sekarang," ujarnya.

Oktory juga menyebutkan bahwa gunung tua yang menjadi Telaga Ngebel saat ini memiliki tipe Gunung Api maar atau gunung api yang terbentuk dari erupsi freatomagmatik tapi memiliki morfologi landai.

"Nah itu khas, namanya gunung api MARR. Jadi itu ceritanya, bahwa dulunya Telaga Ngebel itu merupakan Gunung api tua. Wajar di dasar danau itu ada endapan belerang," ujarnya.

Telaga Ngebel PonorogoTelaga Ngebel, Ponorogo. (Foto: Putu Intan/detikcom)

Tentang kapan Telaga Ngebel itu terbentuk atau kapan gunung tua itu meletus, Oktory menyebutkan PVMBG tidak memiliki catatan. Itu karena usia letusan gunung api itu tak terjangkau oleh metode yang dimiliki oleh PVMBG untuk memperkirakan usia sebuah gunung.

"Catatan kapan meledak nggak ada, karena ini sudah terlalu tua. Tarikan umur yang kami pakai tidak bisa dijadikan acuan karena di divisi kami di gunung api, perkiraan itu hanya bisa sampai 40 ribu tahun ke belakang," katanya.

Ia bahkan menyebutkan bahwa meletusnya gunung tua yang kemudian menjadi Telaga Ngebel itu bahkan lebih tua dari usia sejumlah gunung yang ada di Jawa Timur.

"Ini lebih tua dari Gunung Wilis, juga dari Gunung Arjuno Welirang dan lain-lain. Selain itu, gunung api di Telaga Ngebel itu gunung api tipe kompleks karena satu rentetan dengan garis sesar tua," katanya.

Oktory mengaku tidak bisa menjelaskan lebih detail tentang sesar tua yang berada di Telaga Ngebel. Apakah sesar itu masih aktif sampai saat ini atau tidak, hal itu merupakan kewenangan dari peneliti atau pemangku kebijakan di bidang kegempaan.

"Itu saya kurang tahu, apakah itu aktif atau enggak itu wewenangnya orang gempa. Tapi yang kami tahu ada garis sesar di situ. Sesar tua ini arahnya timur laut ke barat daya, jadi beda dengan sesar Lembang (Jawa Barat) yang arah timur, atau sesar lain di Jawa Tengah," katanya.

Halaman 2 dari 2
(dpe/iwd)


Hide Ads