Petani ikan di Telaga Ngebel, Ponorogo mengalami kerugian akibat ikan yang dibudidaya di keramba mati imbas ledakan gas belerang. Ada dugaan perubahan iklim dan cuaca yang membuat ledakan gas belerang yang rutin terjadi setiap tahun menjadi tidak terprediksi oleh para petani.
Dugaan perubahan iklim dan cuaca yang mempengaruhi fenomena ledakan gas belerang di Telaga Ngebel itu disampaikan Dosen Pendidikan Keagamaan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Rido Kurnianto.
Rido adalah akademisi yang pernah melakukan studi tentang mitos yang menjadi legenda di Telaga Ngebel, yakni legenda Naga Baruklinting yang dikaitkan dengan fenomena ledakan gas belerang yang terjadi setiap tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dia lakukan dengan berinteraksi dengan para sesepuh dan warga sekitar Telaga Ngebel, sejak dahulu ledakan gas belerang itu terjadi antara bulan Juli, Agustus, dan September setiap tahunnya.
"Dulu (antara) Juli, Agustus, September setahun sekali ada ledakan (gas) belerang. Sekarang karena perubahan cuaca ekstrem, akhirnya tidak bisa diprediksi lagi kapan datangnya ledakan gas belerang," terang Rido kepada detikJatim, Senin (2/1/2023).
Sejak terjadinya cuaca ekstrem, lanjut Rido, kedatangan ledakan gas belerang tidak bisa diprediksi. Ada kalanya sehabis hujan badai muncul ledakan. Ada kalanya juga setelah perubahan cuaca ekstrem, ledakan belerang itu terjadi dengan tiba-tiba.
"Pengamatan saya, tidak hanya usai hujan badai tapi kadang ada masa tidak ada gejala cuaca apapun, tiba-tiba muncul ledakan gas belerang," kata Rido.
Ia juga menyebutkan pula hasil pengamatannya yang menunjukkan adanya perubahan frekuensi ledakan gas belerang yang tadinya terjadi setahun sekali sekarang bisa terjadi berkali-kali dalam setahun.
"Setelah perubahan cuaca atau iklim ekstrem ini sepertinya (ledakan) bisa berkali-kali. Ada ledakan kecil yang tidak selalu berdentum tapi ada getaran kecil," tukas Rido.
Ledakannya sendiri kata Rido, hanya ledakan kecil tidak sampai menggetarkan bangunan atau atap rumah warga. Pun juga tidak sampai menimbulkan gempa yang membahayakan.
"Makanya sampai hari ini, disikapi petani (keramba) biasa, karena memang itu (ledakan gas belerang) sudah bisa diprediksi. Diantisipasi dengan pemindahan ikan ke kolam atau penampungan. Nah, sekarang ini sepertinya lolos (tidak terprediksi) sehingga petani tidak bisa menyelamatkan ikan," katanya.
Penyelamatan ikan itu, kata Rido, biasanya ditandai dengan ikan yang menggelepar atau muncul ke permukaan kemudian dijaring dan diselamatkan. Sedangkan ikan yang sudah 'mabuk' belerang atau bahkan mati biasanya langsung dikubur.
Ikuti berita menarik lainnya di Google News.
Legenda Naga Baruklinting dan dugaan Telaga Ngebel adalah Kaldera Aktif. Baca di halaman selanjutnya.
Lebih jauh Rido mengatakan dirinya menemukan dugaan bahwa sebenarnya Telaga Ngebel itu merupakan kaldera atau kawah gunung berapi yang sangat luas. Dugaan itu ia dapati usai meneliti mitos Naga Baruklinting yang mana tanda-tanda kemunculannya mirip tanda-tanda aktivitas gunung berapi.
Disebutkan dalam mitos Naga Baruklinting bahwa sebelum naga itu keluar ada sejumlah pertanda yang muncul mendahului. Yakni suara menggelegar, asap di tengah danau, tercium bau anyir, dan ikan-ikan ditemukan mati.
Ledakan gas belerang yang mematikan ribuan ikan di Telaga Ngebel menjadi salah satu petanda di dalam mitos itu bahwa Sang Naga Baruklinting hendak keluar. Menurut Rido, ledakan itu juga menjadi petanda bahwa Telaga Ngebel merupakan kaldera dari deretan Gunung Wilis yang masih aktif.
Rido menyatakan bahwa kesimpulan itu ia dapatkan setelah membandingkan sejumlah literatur bahwa Ponorogo termasuk dalam struktur tanah gunung aktif. Ditambah lagi Telaga Ngebel berada di lereng Pegunungan Wilis.
"Informasi dari literatur yang saya baca, struktur tanah di Ponorogo ini masuk gunung aktif. Ditambah Telaga Ngebel berada di kaki barat Gunung Wilis," tutur Rido.
Meski demikian, Rido mengakui bahwa dirinya belum pernah mendapati ada penelitian yang intensif terkait gunung aktif yang ada di bawah Telaga Ngebel, Ponorogo.
Ikuti berita menarik lainnya di Google News.