Jalur Penyelamat di Jalan Maut Cangar-Pacet Dinilai Belum Efektif

Sorot

Jalur Penyelamat di Jalan Maut Cangar-Pacet Dinilai Belum Efektif

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Minggu, 16 Okt 2022 12:12 WIB
Landasan penyelamat di Jalur Cangar-Pacet yang dinilai belum efektif menyelamatkan nyawa
Landasan penyelamat berisi sekam di Jalur Maut Cangar-Pacet yang belum efektif. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Maraknya kecelakaan di jalur maut Cangar-Pacet seakan menjadi persoalan tanpa akhir. Belum ada solusi jitu untuk mencegah kecelakaan di jalur ini hingga banyak nyawa melayang sia-sia. Bahkan, jalur penyelamat yang dibangun pemerintah belum berfungsi optimal untuk menyelamatkan para korban.

Terdapat 2 jalur penyelamat di Dusun Pacet Selatan, Desa/Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Keduanya tuntas dibangun Pemprov Jatim bersama polisi akhir 2017.

Jalur penyelamat pertama di ujung Tikungan Gotekan yang segaris dengan jalan dari arah selatan atau Cangar. Lantai jalur sepanjang 11 meter dengan lebar 9 meter ini diisi sekam. Bagian ujung, sisi kanan dan kiri jalur dipagari dengan tumpukan karung berisi sekam campur ban bekas untuk meredam benturan saat ada kendaraan rem blong dari arah selatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan landasannya diuruk sekam untuk menghambat laju kendaraan yang rem blong. Belakang jalur ini berupa kebun dan jalan tanah menuju ke sebuah vila milik warga Surabaya. Sedangkan sebelah kirinya jurang dengan kedalaman sekitar 100 meter.

Jalur penyelamat kedua 20 meter di atas Tikungan Gotekan. Posisinya di sisi kiri jalan Cangar-Pacet. Konstruksinya mirip jalur penyelamat pertama. Hanya saja jalur ini sedikit terhalang tebing di sisi kiri jalan. Sebab itu jalur penyelamat ini jarang berfungsi karena tak seberapa terlihat pengendara rem blong.

ADVERTISEMENT

"Jalur penyelamat yang ada sekarang tidak representatif. Sebenarnya ada teknik pembuatan jalur penyelamat yang ideal," kata Kadis Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Perhubungan Kabupaten Mojokerto Rachmat Suharyono kepada detikJatim, Jumat (14/10/2022).

Tekni ideal jalur penyelamat di Cangar-Pacet

Ia menjelaskan landasan jalur penyelamat di Gotekan itu lebih rendah dari jalur Cangar-Pacet. Seharusnya jalur penyelamat dibuat layaknya sebuah tanjakan dengan panjang ideal landasan antara 30-50 meter. Selain itu, landasan diuruk dengan batu apung layaknya di lintasan balap. Sehingga benar-benar mampu menghentikan laju kendaraan yang rem blong tanpa menabrak ujung jalur penyelamat.

Pasalnya, kata dia, kecepatan kendaraan yang rem blong sangatlah tinggi. Seperti yang menimpa satu keluarga asal Sidoarjo beberapa waktu lalu. Sepeda motor yang dikendarai suami, istri, dan seorang anak itu melaju sangat kencang karena rem blong.

Mereka lantas menghantam pagar peredam di ujung jalur penyelamat masih dengan kecepatan tinggi. Tak ayal si istri tewas, suami menderita gegar otak. Sedangkan anak mereka selamat.

"Pertama, lantai bukan pasir maupun sekam karena kena hujan semakin padat. Yang ideal batu apung seperti di sirkuit balap. Permukaan jalur penyelamat lebih rendah dari jalan membuat kendaraan terbang. Harus dibuat lebih tinggi atau menajak dari jalan," terangnya.

Banyaknya kecelakaan di jalur maut Cangar-Pacet, lanjut Rachmat harus segera dicegah. Selain merenovasi jalur penyelamat, ia juga mengusulkan pembuatan area untuk mendinginkan rem kendaraan. Menurutnya terdapat lahan menjelang kawasan wisata Sendi jika dari arah Jembatan Kembar Cangar.

Ia berharap Pemprov Jatim bekerja sama dengan Tahura R Soerjo dan Perhutani untuk membuat area pendinginan rem kendaraan. Sebab jalur Cangar-Pacet berstatus jalan provinsi.

Area itu menjadi tempat para pengendara berhenti sejenak untuk menurunkan suhu sistem pengereman yang panas setelah digunakan melalui jalan menurun sejak pabrik jamur Desa Sumber Brantas, Bumiaji, Kota Batu. Dengan begitu fungsi rem kembali optimal.

"Sudah kami sarankan membuat area pendinginan rem. Menjelang Sendi ada area yang pernah kami gunakan pengaturan arus mudik. Rem mobil maupun sepeda motor harus didinginkan maksimal 30 menit. Karena material kampas itu ketika panas tidak bisa berfungsi. Tapi sampai saat ini belum ada realisasi," jelasnya.

Imbauan tidak memakai motor matik. Baca di halaman selanjutnya.

Kepala UPT Pengelolaan Prasarana Perhubungan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (P3 LLAJ) Mojokerto Dishub Jatim Yoyok Kristyowahono juga berharap jalur penyelamat di tikungan Gotekan direnovasi. Yaitu dengan memperpanjang landasan setidaknya menjadi 20 meter.

"Panjangnya runway 20 meter dengan kedalaman urukan sekam minimal 1,5 meter. Sehingga kendaraan masuk ke situ langsung tenggelam, tak sampai menabrak pembatas. Masalahnya lokasi itu tanah milik perorangan," cetusnya.

Kasubbag Tata Usaha UPT Pengelolaan Jalan dan Jembatan (PJJ) Mojokerto Dinas PU Bina Marga Jatim Pranoto Adi rupanya juga mempunyai gagasan tentang membuat area transit bagi para pengguna jalur Cangar-Pacet untuk mendinginkan rem.

Ia mengaku pernah melakukan survei di area Petung, yaitu di atas turunan AMD kawasan wisata Sendi. Ternyata pengelola Tahura R Soerjo belum lama ini melepaskan 1.000 ular di lokasi itu sehingga dinilai tidak aman. Untuk sementara waktu, Pranoto mengimbau para pengguna jalur Cangar-Pacet sering-sering berhenti untuk menurunkan suhu sistem pengereman.

"Imbauan kami jangan pakai kendaraan matik. Kalau pakai matik, sering-sering istirahat untuk menormalkan rem. Sebenarnya kalau masyarakat sadar dan mau berhenti sebentar bisa ampuh mencegah kecelakaan," tegasnya.

Terkait renovasi jalur penyelamat di tikungan Gotekan, Pranoto mengaku baru sebatas mengusulkan anggaran untuk pembebasan tanah. Sebab lahan tersebut milik orang Surabaya. Ia berharap si pemilik merelakan tanahnya dibeli pemerintah untuk memperpanjang jalur penyelamat. Sebab jika tidak, tentu saja pemerintah tidak bisa membangun di tanah orang.

"Saran KNKT (Komisi Nasional Keselamatan Transportasi) lantai jalur penyelamat diisi batu bulat yang halus. Pasir dan sekam tidak boleh karena ada jangka waktu, kalau dibiarkan memadat menjadi tanah," tandasnya.

Jalur maut Cangar-Pacet mempunyai turunan yang curam. Kemiringan jalan menurun itu mencapai 32 persen atau lebih dari 16 derajat. Padahal, kemiringan turunan yang aman maksimal di angka 22 persen. Kondisi ini membuat banyak kendaraan matik rem blong. Karena kendaraan bertransmisi otomatis hanya mengandalkan rem untuk melalui jalur ini.

Jalan provinsi ini menghubungkan Cangar di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu dengan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Jarak kedua wilayah tersebut sekitar 12 Km. Jalur ini ramai dilalui wisatawan setiap akhir pekan dan hari libur nasional. Sebab banyak pilihan destinasi wisata di Cangar dan sekitarnya.

Menurut relawan Welirang Community, rata-rata terjadi 11 kali kecelakaan di tikungan Gotekan, jalur Cangar-Pacet dalam sepekan. Korban meninggal dunia 1-2 orang dalam sebulan. Sedangkan data Satlantas Polres Mojokerto hanya ada 20 kecelakaan sejak awal 2022 hingga bulan ini dengan korban tewas 3 orang, 1 luka berat, dan 26 luka ringan.

Halaman 2 dari 2
(dpe/iwd)


Hide Ads