Jalur maut Cangar-Pacet sudah menelan banyak korban jiwa. Kecelakaan paling sering terjadi di tikungan Gotekan yang menjadi ujung dari turunan curam dan panjang dari jalan provinsi ini. Setidaknya, ada 3 faktor yang memicu tingginya kecelakaan di jalur ini.
Relawan Welirang Community yang rutin bersiaga di lokasi mengatakan, rata-rata terjadi 11 kali kecelakaan di tikungan Gotekan, jalur Cangar-Pacet dalam sepekan. Korban meninggal dunia mencapai 1 hingga 2 orang dalam sebulan.
Sedangkan Satlantas Polres Mojokerto mencatat, hanya terjadi 20 kecelakaan sejak awal 2022 sampai bulan ini. Jumlah korban tewas 3 orang, 1 luka berat dan 26 luka ringan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut faktor utama penyebab maraknya kecelakaan di jalur maut Cangar-Pacet:
![]() |
Baca juga: Jalur Ekstrem Cangar-Pacet Pengancam Maut |
1. Jalur Cangar-Pacet Berupa Turunan Curam dan Panjang
Kasubbag Tata Usaha UPT Pengelolaan Jalan dan Jembatan (PJJ) Mojokerto Dinas PU Bina Marga Jatim, Pranoto Adi mengatakan, pihaknya telah melakukan survei ke jalur Cangar-Pacet bersama sejumlah instansi terkait. Bahkan, survei tahun 2021 itu melibatkan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Dari survei tahun lalu, diketahui jalan provinsi penghubung Kota Batu dengan Kabupaten Mojokerto itu mempunyai turunan yang sangat curam. Jika batas aman kemiringan jalan maksimal 22 persen, jalur Cangar-Pacet mencapai 32 persen atau sudut kemiringannya lebih dari 16 derajat.
Oleh sebab itu, banyak kendaraan yang rem blong hingga menabrak tumpukan sekam dan ban bekas di jalur pengaman Gotekan.
"Katakan lah motor tidak direm, dilepas dari atas sampai bawah lajunya bisa sampai 120 hingga 130 Km/Jam," kata Pranoto kepada detikJatim, Sabtu (15/10/2022).
Sementara itu, Kadis Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Perhubungan Kabupaten Mojokerto, Rachmat Suharyono menjelaskan, panjang jalan menurun di jalur Cangar-Pacet sekitar 12 Km. Kondisi ini membuat para pengendara yang awam menggunakan rem untuk mengurangi kecepatan laju kendaraan.
Sehingga, sistem rem tidak berfungsi atau rem blong ketika sampai di turunan Sendi-tikungan Gotekan. Apalagi jika pengendara tidak berhenti sama sekali.
Turunan ketiga dari Sendi sampai Gotekan panjangnya sekitar 4 Km. Jalur ini di wilayah Dusun Pacet Selatan, Desa/Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Kendaraan yang rem blong berakhir celaka di tikungan Gotekan yang menjadi ujung dari jalur curam tersebut.
"Terakhir yang paling fatal di spot ketiga dari Sendi sampai Gotekan sekitar 4 Km. Karena sebelumnya pengendara sudah mengerem sehingga kemampuan kampas rem sudah berkurang karena panas," terangnya.
Faktor kedua baca di halaman selanjutnya!
2. Kendaraan Matik Tak Aman untuk Jalur Pengunungan
Pranoto menjelaskan, survei tahun lalu juga melibatkan KNKT dan salah satu pabrikan otomotif. Menurut pihak pabrikan, kendaraan matik didesain hanya untuk perkotaan. Artinya, sepeda motor matik sangat tidak disarankan melewati jalur Cangar-Pacet yang mempunyai turunan curam dan panjang.
"Mereka (pabrikan) tidak menyarankan matik untuk ke gunung, hanya untuk jalan datar. Kami sudah imbau masyarakat agar tidak memakai kendaraan matik lewat jalur itu," cetusnya.
![]() |
Pendapat senada disampaikan Rachmat. "Yang kecelakaan rata-rata kendaraan matik. Karena rendahnya kesadaran masyarakat bahwa kendaraan matik hanya untuk medan perkotaan, bukan pegunungan," jelasnya.
Sementara itu, pemilik bengkel sepeda motor di Pacet Selatan, Roni Setiawan (22) menuturkan, kendaraan yang rem blong hingga celaka di tikungan Gotekan mayoritas jenis matik dengan sistem rem kombinasi.
Karena, rem depan dan belakang tidak bisa dipakai bergantian ketika melaju di turunan yang curam dan panjang. Sehingga, sistem rem depan dan belakang lebih cepat panas hingga terjadi rem blong.
"Ketika terlalu lama mengerem, gesekan antara kampas dan piringan cakram menimbulkan panas. Panas membuat minyak rem menguap sehingga sistem hidrolis tidak berfungsi karena isi angin, minyak rem naik ke atas. Di dalam kaliper ada minyak rem yang menggerakkan piston, piston menekan kampas rem. Kalau kampas rem habis, juga lebih cepat panas," jelasnya.
Faktor terakhir, di halaman berikutnya!
3. Berkendara dengan Beban Berlebih Tingkatkan Risiko Kecelakaan
Berkendara dengan beban berlebih menambah risiko kecelakaan bagi para pengguna kendaraan matik. Relawan Welirang Community yang hampir setiap hari bersiaga di tikungan Gotekan, Soleh Hudin (46) menjelaskan, mayoritas kecelakaan di jalur maut ini melibatkan sepeda motor matik. Menurutnya, banyak sepeda motor matik rem blong karena beban berlebih.
"Paling sering Honda Vario. Perbandingannya kalau BeAT satu, Vario 10 kali. Ditambah rata-rata yang kecelakaan boncengan melebihi beban yang mampu ditahan motor. Sehingga lajur motor di turunan makin kencang," cetusnya.
Sedangkan Kasat Lantas Polres Mojokerto, AKP Bayu Agustyan juga mempunyai teori yang sama. Menurutnya, kendaraan matik dengan beban berlebih mengakibatkan tidak berfungsinya sistem pengereman. Namun, pihaknya akan lebih dulu mengkonfirmasi teori tersebut ke beberapa pemegang merek sepeda motor matik.
"Kami mau konfirmasi atau pengecekan langsung ke dealer. Karena kondisi kendaraan matik meski kondisi masih baru atau prima, ketika over beban sepertinya terjadi masalah di sistem pengereman. Kami mau lakukan penelitian juga apakah kendaraan matik ketika overload rem tidak berfungsi menjadi lost control," tandasnya.
Diketahui, jalur maut Cangar-Pacet mempunyai turunan yang curam. Kemiringan jalan menurun itu mencapai 32 persen atau lebih dari 16 derajat. Padahal, kemiringan turunan yang aman maksimal di angka 22 persen. Kondisi ini membuat banyak kendaraan matik rem blong. Karena kendaraan bertransmisi otomatis hanya mengandalkan rem untuk melalui jalur ini.
Jalan provinsi ini menghubungkan Cangar di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu dengan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Jarak kedua wilayah tersebut sekitar 12 Km. Jalur ini ramai dilalui wisatawan setiap akhir pekan dan hari libur nasional. Sebab banyak pilihan destinasi wisata di Cangar dan sekitarnya.