Anggota tim pengusul reog sebagai warisan budaya tak benda (intangible cultural heritage/ICH) ke United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), Profesor Hamy Wahjunianto ingin hasil dari keempat nominator disampaikan langsung hasil penilaian oleh tim penguji. Sebab, keempat nominator seperti Reog, jamu, tempe dan tenun hasil penilaian tidak ditunjukkan secara tertulis. Hasil penilaian hanya disampaikan secara lisan oleh Direktur Perlindungan Kebudayaan Irini Dewi Wanti di Jakarta, Kamis (7/4/2022) lalu.
"Di acara itu hanya disampaikan secara lisan tidak ada keputusan resmi negara officially yang sudah di tandatangani Pak Dirjen kemudian diketahui oleh Mas Menteri, tinggal dibacakan oleh Bu Direktur. Itu ndak ada," ujar Hamy melalui siaran pers, Rabu (13/4/2022).
Hamy membenarkan pemerintah Indonesia mengirim 4 berkas, reog, jamu, tempe dan tenun ke Ketua Pelaksana Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) di Kemndikbud Itje Chodidjah. Biasanya, Indonesia hanya mengirim 1 berkas warisan budaya tak benda kepada ICH-UNESCO. Diperiksa bulan Juni hingga September, hasil pemeriksaan itu akan ada perbaikan dari Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika ada pengajuan empat berkas usulan, biasanya UNESCO mengembalikan semuanya dan meminta kiriman ulang satu berkas yang menjadi prioritas," tegas Hamy.
Menurut Hamy, Mendikbudristek Nadiem Makarim riskan melanggar konvensi UNESCO. Pertama, prioritas yang diperiksa oleh sekretariat UNESCO adalah Urgent Safeguarding List (USL), warisan budaya tak benda yang terancam punah. Kedua, baru Representative List (RL) yang eksis.
"Yang jadi prioritas dari sisi negara, adalah negara yang belum punya ICH sama sekali. Kemudian negara yang sudah punya ICH tapi masih sedikit," papar Hamy.
Hamy menerangkan aturan UNESCO yang diprioritaskan adalah warisan budaya tak benda yang masuk pada USL bukan RL. Dari empat budaya yang mengirimkan berkas, satu-satunya yang USL adalah reog. Sedangkan jamu, tempe dan tenun masih RL.
Saat lokakarya Februari lalu, ia diminta mengerjakan syarat dari UNESCO. Ada 3 isian berkas yang haru dipenuhi. Pihaknya melakukan riset ke Jabodetabek, Lampung, Solo dan Ponorogo. Ia juga menjawab pertanyaan dibantu penerjemah yang bersertifikat. Selain itu membuat video 10 menit yang menggambarkan seni pertunjukkan reog bekerja sama dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Solo. Syarat lainnya 10 foto terkini mengenai reog.
"Yang diminta kami penuhi, yang kemarin kita sayangkan, tidak ada yang (hasil) tertulis sama sekali. Jadi kami masih melihat, ini ada peluang," ujar Hamy.
Ia pun berharap agar keempat warisan budaya tak benda masuk ICH UNESCO. Namun masalahnya, 1 negara dijatah 1 elemen untuk setiap 2 tahun sekali. Sehingga reog dinilai lebih urgent untuk diselamatkan oleh Pemerintah Indonesia.
"Kata Pak Menko PMK Muhadjir Effendy ada klaim dari Malaysia yang mungkin akan mengajukan ke ICH-UNESCO apa yang mereka sebut barongan, yang sebenarnya itu bagian dari Reog Ponorogo," imbuh Hamy.
Hamy pun memohon ke pemerintah melalui Mendikbudristek Nadiem Makarim agar berempati kepada rakyat yang melewati pandemi COVID-19, terutama pegiat seni Reog Ponorogo seperti seniman, perajin, pedagang souvenir semua gulung tikar akibat pandemi karena tidak boleh tampil.
"Ini menuju endemi, mereka baru menggeliat untuk bangkit, kemudian tiba-tiba diklaim oleh sebuah negara, lalu pemerintah kita nggak empati, nggak peka. Mana rasa nasionalismenya, ini kan semakin urgent karena akan diklaim sebuah negara. Ini butuh rasa aman di ICH-UNESCO," ujar Hamy.
Hamy menuntut Kemendikbudristek, tim penilai lokakarya, tim penilai pemberkasan agar membuka hasil penilaian masing-masing 4 elemen tersebut. Sebab, pihaknya mendengar penilaian Reog tidak tercatat, lain halnya dengan jamu, tenun dan tempe.
"Kemarin secara lisan kami tidak mendengar penilaian Reog ada catatan, sementara jamu, tenun, tempe ada catatan tersendiri," tegas Hamy.
Dipilih jamu, lanjut Hamy, sesuai dengan yang disampaikan Direktur Perlindungan Kebudayaan Irini Dewi Wanti ada tiga alasan. Pertama karena sekarang basisnya pandemi, budaya sehat jamu dinilai lebih relevan karena membantu masyarakat. Kemudian faktor politis dan geografis.
"Reog ini seni pertunjukan terenkripsi, kok lucu rule of the game, konvensi tadi insyaallah beliau tahu gunanya tim penilai, itu dibuka hasil tim penilai biar akuntabel," pungkas Hamy.
(prf/ega)