Dua siswa SMP Advent Purwodadi Pasuruan, DLH dan FG menjadi korban penganiayaan seniornya. Mereka dipukul, ditampar, ditendang, dicambuk hingga disundut rokok. Perbuatan ini membuat gendang telinga salah satu korban pecah.
Salah satu korban menyebut, penganiayaan ini dilakukan cukup ngeri. Keduanya pun melaporkan penganiayaan ini ke polisi. Mereka bercerita awal mula kejadian itu. Ia mengatakan saat penganiayaan, tidak ada guru yang mengetahui.
Salah satu korban, DLH, mengatakan dia dan temannya dicambuk menggunakan sarung yang diikat hingga keras. Lalu ia ditendang hingga disundut rokok di punggungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menggunakan sarung yang diikat keras, pakai tangan, ditendang, disundut rokok," kata DLH saat melapor ke Polres Pasuruan, Kamis (24/3/2022).
Akibat penganiayaan ini, gendang telinga salah satu siswa pecah. Kuasa Hukum Pelapor, Tamba Musta Harianja menyebut, DLH mengalami pecah gendang telinga.
"Ada 9 macam penganiayaan, seperti contohnya pemukulan, penendangan, disundut rokok, ditampar sampai gendang telinganya pecah, sobek dan diinjak. Ada 9 poin tadi yang kita laporkan terkait tindak kekerasannya," kata Tamba, Kamis (23/3/2022).
Beruntung DLH masih bisa mendengar. Usai kejadian, orang tua DLH langsung membawa anaknya untuk menjalani perawatan di rumah sakit.
Sementara ibu dari DLH, Toriana Simatupang menyebut, anaknya mengalami luka di seluruh punggung diduga akibat sundutan rokok dan cambukan. Bahkan, gendang telinga anaknya bermasalah hingga dirawat di RS.
"Badannya, kata anak saya, ada yang dibakar, disundut pakai rokok sampai dihajar dengan tali pinggang sampai gendang telinganya bermasalah dan harus dibawa ke rumah sakit," kata Toriana Simatupang.
Perempuan asal Bogor ini mengatakan, selain dianiaya, anaknya juga dipaksa mencuci dan menggosok baju pelaku. Ia sama sekali tak menyangka atas apa yang menimpa anaknya.
"Sekolah ini sudah bermasalah besar. Karena di sini sudah terjadi penganiayaan, di sekolah yang kita dambakan sangat bagus karena ini sekolah Tuhan. Saya tidak menyangka. Seandainya pun anak saya nakal, wajib guru yang menghukum anak saya. Tapi kan kenakalan anak saya tidak seberapa, sampai anak saya dianiaya, sampai diculik jam 11 malam," geramnya.
Usai menerima laporan, polisi langsung bergerak cepat mengusut kasus ini. Polisi langsung melakukan olah TKP hingga mengamankan lima senior yang diduga melakukan penganiayaan.
Selain itu, 6 orang saksi kunci yang mengetahui kejadian tersebut juga turut dimintai keterangan.
"Lima siswa terduga pelaku sudah kami amankan dan masih menjalani proses pemeriksaan," kata Kasat Reskrim Polres Pasuruan AKP Adhi Putranto Utomo, Kamis (24/3/2022).
Melihat kejadian ini, pihak sekolah pun buka suara. Direktur Sekolah, David Maat, menambahkan, dua korban memang sudah beberapa kali melanggar aturan. Mereka beberapa kali dinasehati oleh seniornya.
"Memang beberapa kali meninggalkan asrama dan sudah dinasehati beberapa kali sama seniornya. Dan terakhir ketahuan, (dua korban ini bilang) 'saya kalau ketahuan lagi dipukul nggak papa'. Sayangnya mukulnya itu salah, kelewatan. Itu bertentangan dengan aturan. Itulah perlunya pendidikan tentang, apa namanya, anak-anak harus ngerti hukum. Kadang kan mereka nggak mengerti itu berbahaya apa yang dikerjakan," terang David.
David mengatakan, kejadian tersebut belum pernah terjadi sebelumnya. "Pasti ini buat pembelajaran kita," terangnya.
Terkait kasus penganiayaan siswa yang tengah berjalan, David mengaku akan mengikuti proses hukum. "Kita nggak bisa melindungi anak-anak. Itu kan di luar kendali," pungkasnya.
(fat/fat)