Dua siswa SMP Advent Purwodadi, Pasuruan, menjadi korban penganiayaan lima seniornya. Kasus ini telah dilaporkan dan polisi telah melakukan penyelidikan.
Kepala Asrama Putra Sekolah Lanjutan Advent Purwodadi (Slapur), Agus Biyanto, mengaku tidak mengetahui penganiayaan dua siswa SMP oleh seniornya. Saat peristiwa berlangsung, Agus sedang istirahat.
"Mulai pukul 10 sampai jam 11 (malam) tidak terjadi apa-apa, jadi saya pulang dan istirahat... Saya sedang istirahat, pak. Tidak melihat langsung," kata Agus di Polres Pasuruan, Kamis (24/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Agus, sebelum malam kejadian, korban, DLH dan FG, keluar kampus pada pukul 11.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB tanpa izin. Mereka berkeliling, makan-makan, dan merokok.
"Itu yang jadi korban itu siangnya sampai sore itu melanggar, merokok keluar kampus tanpa izin. Kan nggak boleh keluar selama pandemi. Merokok juga nggak boleh. Setelah saya panggil, dia mengaku kalau habis keliling, mengakui sudah merokok dan makan siang. Mungkin bosan," terang Agus.
Agus membeberkan di antara kedua korban dan para pelaku sebenarnya saling kenal dan sama-sama suka melanggar. Kamar mereka juga berdekatan.
"Itu sebenarnya satu teman, kamar berdekatan. Sama-sama suka melanggar. Tapi yang dua korban itu sudah berjanji, itu yang saya dapat dari mereka, 'kalau melakukan (melanggar) lagi, terserahlah abang mau buat apa,' kira-kira begitu," jelas Agus.
Dijelaskan Agus, kedua korban sudah tiga kali melanggar aturan. Ia sebenarnya sudah memberikan sanksi surat pernyataan. "Tidak ada aturan sanksi pukul-memukul," jelasnya.
Direktur Sekolah, David Maat, menambahkan dua korban memang sudah beberapa kali melanggar aturan. Mereka beberapa kali dinasehati sama seniornya.
"Memang beberapa kali meninggalkan asrama dan sudah dinasehati beberapa kali sama seniornya. Dan terakhir ketahuan, (dua korban ini bilang) 'saya kalau ketahuan lagi dipukul nggak papa'. Sayangnya mukulnya itu salah, kelewatan. Itu bertentangan dengan aturan. Itulah perlunya pendidikan tentang, apa namanya, anak-anak harus ngerti hukum. Kadang kan mereka nggak mengerti itu berbahaya apa yang dikerjakan," terang David.
David mengatakan, kejadian tersebut belum pernah terjadi sebelumnya. "Pasti ini buat pembelajaran kita," terangnya.
Terkait kasus yang tengah berjalan, David mengaku akan mengikuti proses hukum. "Kita nggak bisa melindungi anak-anak. Itu kan di luar kendali," pungkasnya.
(iwd/iwd)