Salah seorang warga, Samsul Arif mengaku, di kampung tengah jalan ini sangat bising. Mulai bising suara knalpot motor, klakson mobil, hingga suara kereta api yang melintas.
"Di depan gang ini kan pas palang pintu kereta api. Ya setiap 30 menit selalu ada suara perlintasan ini, belum lagi kalau pagi dan sore hari rame kendaraan lewat," kata Samsul kepada detikJatim, Jumat (4/3/2022).
Samsul menyebut, kebisingan semakin terasa ketika lalu lintas di Jalan Ahmad Yani macet total. Sementara Ketua RT 01 RW 03 Jemur Gayungan, Suliono berharap, pemerintah segera memberi solusi kepada warga dengan ganti rugi tanah mereka.
"Harapannya kalau digusur harganya sesuai. Kalau bisa ganti rugi sesuai lah dengan harga tanah saat ini," ungkapnya.
Suliono menyebut, ada 62 KK yang tinggal di kampung tengah kota itu. Menurutnya, warga mau apabila ada ganti rugi yang layak dari pemerintah.
"Kalau digusur, asal harga layak gak apa-apa," terangnya.
Kampung yang dimaksud yakni Kampung Jemur Gayungan RT O1 RW 03. Kampung ini tepat di sebelah utara Taman Pelangi.
Awalnya, kampung tersebut menyambung dengan permukiman yang berada di sisi barat Jalan Ahmad Yani. Namun setelah ada pembangunan jalan arah Wonokromo, sejumlah rumah jadi terpisah, dan kini menjadi Kampung Jemur Gayungan RT O1 RW 03.
"Sebelum tahun 1974, jadi jalan dari Wonokromo ke Waru hanya satu akses di sebelah timur (Hanya ada satu jalur Jalan Ahmad Yani). Setelah tahun 1974, pemerintah mengadakan jalan sebelah barat ini, untuk arus dari Sidoarjo atau luar kota masuk ke Surabaya (arah Wonokromo). Kebetulan saat itu terminal masih Joyoboyo. Jadi begitu awalnya," kata Suliono.
Suliono mengatakan, sejak tahun 1974, sejumlah rumah tersebut berada di tengah Jalan Ahmad Yani arah Wonokromo dan arah Bundaran Waru.
"Akhirnya terpisah. Dulu itu Jemur Gayungan I nyambung panjang sampai gang di seberang itu. Tapi sejak dibangun jalan, ya akhirnya terpisah oleh jalan raya," katanya.
(sun/sun)