Ruwat Rawat Borobudur ke-22, Ada Pembagian Buku hingga Kompetisi Opini

Ruwat Rawat Borobudur ke-22, Ada Pembagian Buku hingga Kompetisi Opini

Eko Susanto - detikJateng
Minggu, 21 Jan 2024 15:30 WIB
Pembukaan acara Ruwat Rawat Borobudur ke-22 di Candi Borobudur,  Magelang, Minggu (21/1/2024).
Pembukaan acara Ruwat Rawat Borobudur ke-22 di Candi Borobudur, Magelang, Minggu (21/1/2024). Foto: Eko Susanto/detikJateng
Magelang -

Panitia Ruwat Rawat Borobudur (RRB) ke-22 menghibahkan 1.200 buku tentang Borobudur ke perpustakaan desa dan sekolah. Penyaluran buku tersebut menjadi penanda dimulainya kegiatan Ruwat Rawat Borobudur ke-22.

Sebanyak 1.200 buku itu terdiri dari delapan judul yang merupakan catatan RRB tentang sisi spiritual keberadaan Candi Borobudur.

Untuk diketahui, Ruwat Rawat Borobudur ke-22 dimulai hari ini dan berakhir pada 30 September 2024. Dalam RRB ini akan digelar berbagai acara, di antaranya Kongres Borobudur yang diawali dengan kompetisi penulisan. Ada juga festival kesenian rakyat yang penyelenggaraannya bekerja sama dengan Kemendikbud Ristek.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menandai pembukaan RRB ke-22 ini juga diluncurkan karya buku kedelapan yang berjudul 'Pesan Alam Dalam Bumi Karma Borobudur'. Buku itu secara simbolis diserahkan ke Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah X Jateng-DIY Manggar Sari Ayuati, General Manager Unit Borobudur Jamaludin Mawardi, dan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Magelang Wisnu Argo Budiono.

Pembukaan acara Ruwat Rawat Borobudur ke-22 di Candi Borobudur,  Magelang, Minggu (21/1/2024).Pembukaan acara Ruwat Rawat Borobudur ke-22 di Candi Borobudur, Magelang, Minggu (21/1/2024). Foto: Eko Susanto/detikJateng

"Kita menghibahkan total 1.200 buku. Ada 8 judul yaitu 'Dari Luar Pagar', 'Bumi Karma Borobudur', 'Harmoni Kehidupan Dalam Luar Borobudur', 'Imajinasi Peradaban Borobudur', 'Sinar Muto Kahanan', 'Ajarkan di Nalar', 'Pustaka Aksara', dan yang diluncurkan barusan ini, 'Pesan Alam Dalam Bumi Karma Borobudur'," kata inisiator Ruwat Rawat Borobudur, Sucoro kepada wartawan di Candi Borobudur, Minggu (21/1/2024).

ADVERTISEMENT

Sucoro yang akrab disapa Mbah Coro itu mengatakan, peluncuran buku hari ini termasuk dalam rangkaian 22 Tahun Ruwat Rawat Borobudur.

"(Perbedaan dengan Ruwat Rawat Borobudur sebelumnya?) Kami sering memberikan sayuran. Tahun ini kita agak sedikit berbeda karena alhamdulilah selama 22 tahun itu mencatat banyak peristiwa yang terjadi terutama berkaitan dengan perubahan pengelolaan Borobudur," kata dia.

"Semua perubahan itu kita catat. Semoga perubahan ini menginspirasi pengambil kebijakan pengelola Borobudur ya yang selama ini, saya melihat kurang memperhatikan tentang nilai spiritual. Jadi, saya melihat Borobudur ada dua dimensi, pertama dimensi fisiknya yang dikelola oleh Bu Wiwit (Sub Kor Museum Cagar dan Budaya), sisi lainnya ada dimensi spiritualitas. Sisi spiritual itu, saya menengarai, sewaktu kecil Borobudur sering dipakai untuk meditasi, kontemplasi, dan seterusnya hingga sampai sekarang yang namanya Waisak juga cukup besar di Borobudur. Tapi hal-hal seperti itu masih kurang jadi bagian dari pengelolaan," sambung Sucoro.

Menurut dia, kepariwisataan lebih memperlihatkan keindahan Candi Borobudur, tapi seperti menomorduakan hal ihwal keagungannya.

"Padahal sisi spiritualitas itu sebagai penyangga, ini sangat mungkin untuk menjaga kelestariannya. Dalam hal ini kita coba membuat buku, kita bagikan 8 buku catatan proses panjang itu, setidaknya menginspirasi generasi muda untuk peduli melestarikan Candi Borobudur," ujarnya.

"Alhamdulillah tahun ini tahun kedua kita menyelenggarakan Kongres Borobudur. Yang kita awali nanti melalui kompetisi opini, ada festival kesenian rakyat yang selama ini bekerja sama dengan Kemendikbud," imbuh Sucoro.

Sementara itu Kepala BPK Wilayah X Jateng-DIY, Manggar Ari Ayuti mengapresiasi berlangsungnya Ruwat Rawat Borobudur.

"Ini pencapaian luar biasa, perjalanan panjang membuktikan konsistensi teman-teman melakukan kegiatan ini. Dimana ruwat rawat merupakan upaya melestarikan Candi Borobudur dari segi spiritual, dari segi budayanya. Ini merupakan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat di mana pelestarian itu tidak hanya fisiknya saja, tapi melestarikan fisik candinya untuk melestarikan nilai-nilai spiritual di dalamnya," kata Manggar.

"Masyarakat di sini berhak untuk menginterpretasi budaya-budaya yang ada di sekitar Borobudur dan mengapresiasi Candi Borobudur ini berdasarkan kebudayaan yang berkembang di Borobudur ini," lanjut dia.




(dil/cln)


Hide Ads