Kegiatan mendaki gunung belakangan ini semakin populer. Aktivitas ini selain menguras tenaga juga terkadang bisa memakan waktu berhari-hari.
Tidak sedikit para pendaki pemula yang kerap merasa bingung cara buang air yang benar saat mendaki. Pasalnya, hanya sedikit gunung yang memiliki fasilitas WC atau toilet darurat.
Oleh karena itu, ketika ingin buang air juga ada etika yang tidak boleh diabaikan. Pegiat alam senior Yogyakarta, Wungkal, membagi beberapa tips jika ingin buang air besar saat mendaki. Ia menekankan kepada para pendaki untuk bijak memilih tempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama, harus menjauh dari jalur pendakian. Jangan sampai 'ranjau' yang kita tinggalkan terinjak oleh pendaki lain.
"Sebisa mungkin ya menjauh lah dari jalur pendakian. Kasihan juga kan untuk pendaki lain. Apalagi kalau hujan, biasanya jalur pendakian itu juga jalur air hujan, jadi kasihan pendaki di bawahnya," kata Wungkal kepada wartawan, Jumat (4/3/2022).
Nah selain itu, persiapan lain juga membawa cangkul mini atau golok. Tujuannya untuk menggali lubang. Usahakan lubang yang digunakan untuk buang air cukup dalam agar tidak menimbulkan bau.
Persiapan alat lain seperti tisu atau air juga diperlukan. Walaupun untuk saat ini tisu terutama tisu basah di beberapa gunung sudah dilarang.
"Jadi ya kadang dilema sebenarnya. Kalau airnya susah untuk mau cuci pakai air tapi kadang mikir kebutuhan air juga saat pendakian," ucapnya.
Kemudian, cari lokasi yang terlindungi. Contohnya, seperti di balik semak-semak dan baru menggali tanah.
Wungkal juga berpesan agar jangan sekali-kali buang hajat di dekat sumber air. Sebab, sumber air di gunung bukan hanya dimanfaatkan para pendaki namun juga kebutuhan masyarakat sekitar. Sehingga jika buang air di situ akan mencemari sumber mata air.
"Wajib, harus menghindari sumber air. Harus jauh lah paling tidak 50 hingga 100 meter dari sumber air. Peringatan keras lah buat teman-teman yang mendaki gunung larangan keras BAB di aliran air," tegasnya.
(aku/ahr)