Cerita Kenalan Dijuluki Kampung Andong di Bantul

Cerita Kenalan Dijuluki Kampung Andong di Bantul

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Sabtu, 19 Feb 2022 16:00 WIB
Kampung Kenalan Bantul dijuluki Kampung Andong. Alasannya banyak warganya yang bekerja sebagai kusir andong, dan peternak kuda berkualitas.
Kampung Kenalan Bantul dijuluki Kampung Andong (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng )
Bantul -

Tidak hanya terkenal dengan Parangtritis, Kabupaten Bantul ternyata memiliki kampung yang sebagian besar warganya berprofesi sebagai kusir andong dan peternak kuda. Kuda dari peternakan kampung ini pun dikenal berkualitas dan dihargai mahal.

Kampung itu bernama Kampung Kenalan di Pedukuhan Nglaren, Kalurahan Potorono, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul. Saat detikJateng berkunjung ke kampung ini, tampak beberapa andong terparkir di depan rumah warga. Terdapat pula beberapa warga yang memiliki kandang kuda di belakang rumahnya.

Salah satu warga kampung Kenalan dan sekaligus kusir andong yakni Suhardiman (46) menjelaskan, awalnya warga menggunakan gerobak sapi untuk mengangkut barang ke pasar. Seiring berjalannya waktu, warga melihat ada yang menggunakan andong untuk mengangkut barang ke pasar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertama kali pekerjaan gerobak sapi itu, setelah itu muncul andong untuk ke pasar dan bapak saya sama orang-orang sini beralih ke andong. Awalnya warga beli 1 sampai 2 andong terus pada ngikut-ngikut, itu tepatnya terjadi sekitar tahun 1970-an," ucap Suhardiman saat ditemui di kediamannya, Kampung Kenalan, Bantul, Jumat (18/2/2022).

Bapak satu anak ini menuturkan hingga tahun 1980-an warga masih menggunakan andong untuk mengangkut barang ke pasar. Namun, mulai tahun 1990-an andong mulai beralih fungsi sebagai salah satu transportasi.

ADVERTISEMENT

"Kalau tahun 80-an andong masih jadi angkutan barang ke pasar tapi karena ada pergeseran kendaraan kol (angkutan umum), jadi andong bergeser ke transportasi juga pada tahun 90-an. Dan tahun 1995 andong mulai banyak digunakan sebagai transportasi manusia seperti ke pasar," ucapnya.

Suhardiman mengenang Kampung Kenalan mulai dikenal sebagai kampung andong sejak sekitar 1990-an. Sebutan ini disematkan karena banyaknya warga yang bekerja sebagai kusir.

"Sekitar tahun 90an itu di sini mulai dikenal dengan nama kampung andong. Karena jumlah KK ada 84, terus sebagian besar pekerjaan kusir andong sama cetak batu bata merah," ujar pria yang menjadi sopir andong sejak 2004 ini.

"Yang jadi kusir andong saat ini 17 kusir dan untuk andongnya ada 23. Tapi untuk jumlahnya kusir hanya itu-itu saja dari tahun ke tahun, 17 itu. Kalau kuda banyak, ada yang 1 orang punya 4 kuda," ucapnya.

Dia mengungkap kala itu banyak warga menjadi kusir andong gegara sulit dapat pekerjaan. Di sisi lain, banyak orang tua di kampungnya yang memiliki andong dan kuda.

"Ya gimana, kalau mau cari kerjaan susah, berhubungan orang tuanya punya kuda banyak dan andongnya nganggur ya narik andong," ujarnya.

Saat ini hanya tersisa 17 kusir andong di Kampung Kenalan. Dia menyebut warga kampungnya kini tak memaksakan anaknya untuk menggeluti profesi sebagai kusir.

"Mungkin tidak banyak yang mau jadi kusir karena orangtua membebaskan anaknya mau jadi apa kalau sudah besar. Contoh saya ini kusir, tapi anak saya bebaskan mau jadi apa besok, tidak harus jadi kusir tapi kalau bisa ya lebih baik dari saya," katanya.

Kampung Kenalan Bantul dijuluki Kampung Andong. Alasannya banyak warganya yang bekerja sebagai kusir andong, dan peternak kuda berkualitas.Suhardiman dan kuda peliharaannya. Suhardiman merupakan warga Kampung Kenalan Bantul yang dijuluki Kampung Andong.. Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

Kampung Andong di Bantul Juga Jadi Kampung Penghasil Kuda

Suhardiman mengungkap saat ini kampungnya juga terkenal dengan kampung yang memproduksi kuda. Bahkan, kuda hasil ternakan dari Kenalan terkenal mahal.

"Jenisnya kuda Sandel, itu jenis dari Sumbawa dan di sini dikawinkan dengan pejantan yang dipakai balapan itu. Nah, anakannya itu harganya mahal karena pejantannya kan di tingkat balapan sudah terkenal," katanya.

"Jadi di sini itu sudah produksi kuda juga dan sudah dibeli orang-orang dari luar sini (DIY) juga," imbuh Suhardiman.

Soal harga kuda dia menyebut harganya bervariasi. Menurutnya, untuk usia muda mencapai belasan juta dan untuk yang siap menarik andong mencapai puluhan juta.

"Untuk harga kuda di sini itu yang umur 3 bulan Rp 15 juta sampai Rp 17,5 juta. Kalau yang siap andong itu tergantung yang punya, itu kalau kisaran ya Rp 25 juta," tutur pemilik 2 ekor kuda ini.

Terkenal sebagai kampung kusir dan penghasil kuda berkualitas, Suhardiman mengaku kampungnya bukan produsen andong.

"Wah, kalau andong saya warisan dari bapak, kalau beli baru andong itu harganya Rp 40 juta. Jadi di sini tidak ada yang memproduksi andong," ucapnya.

Perawatan Kuda Penarik Andong

Terkait perawatan kuda penarik andong, Suhardiman menjelaskan sebenarnya cukup mudah. Hanya saja saat musim hujan harus lebih ekstra.

"Kalau pas musim hujan harus ekstra, karena kalau kena air hujan mandinya pakai air rebusan sereh dan garam. Untuk pakannya rendeng atau daun kacang tanah dicampur dedak," ujarnya.

Pemberian pakan, kata Suhardiman, layaknya manusia yakni 3 kali sehari. Suhardiman mengungkapkan dalam sehari bisa menghabiskan ratusan ribu untuk biaya pakan kuda peliharaannya.

"Untuk makanan orang-orang itu macam-macam ada yang sehari 2 kali dan 3 kali tapi ya bagusnya 3 kali seperti manusia. Soal biaya, kalau kuda ukuran sedang rata-rata dalam sehari bisa habis Rp 100 ribu sehari, itu untuk dedak dan daun kacang tanah," katanya.




(ams/aku)


Hide Ads