7 Destinasi Wisata Sejarah Kota Semarang yang Wajib Dikunjungi

7 Destinasi Wisata Sejarah Kota Semarang yang Wajib Dikunjungi

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 21 Jan 2022 09:58 WIB
Lawang Sewu, Semarang
Lawang Sewu Semarang. (Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng)
Semarang -

Kota Semarang ternyata menyimpan banyak destinasi budaya dan sejarah yang tak kalah menarik untuk dikunjungi. Akulturasi empat budaya besar turut mewarnai tata kota dan bangunan di kota ini.

Di masa lalu, keempat budaya tersebut direpresentasikan empat kampung besar yakni Kampung Pecinan, Kampung Kauman, Kampung Belanda dan Kampung Melayu. Sejarah mencatat keempat kebudayaan tersebut menyatu dan saling berkaitan.

Melihat bentuk tata kota Semarang pada zaman sekarang maka sebenarnya masih nampak sedikit berkumpulnya kebudayaan-kebudayaan yang berbeda di Semarang. Dikutip dari laman resmi Kota Semarang, berikut destinasi budaya dan sejarah yang wajib anda kunjungi saat singgah di Kota Semarang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Puri Gedeh

Puri Gedeh merupakan Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah, rumah yang masuk dalam daftar bangunan kuno di Kota Semarang ini sebelumnya rumah ini dimiliki oleh keluarga Liem. Gubernur Soepardjo Roestam menjadi gubernur yang pertama kali menempati Puri Gedeh, diikuti oleh gubernur-gubernur selanjutnya hingga saat ini.

2. Lawang Sewu

Lawang Sewu adalah gedung yang dibangun pemerintah kolonial Belanda. Dulunya, gedung ini adalah kantor Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), sebuah perusahaan kereta api Hinda Belanda.

ADVERTISEMENT

Nama Lawang Sewu sendiri disematkan oleh masyarakat, karena arsitektur bangunan yang memiliki banyak sekali pintu. Meskipun jumlahnya tidak benar-benar seribu .

Gedung didesain dengan arsitektur yang indah, yang cocok menjadi salah satu spot berfoto yang mesti Anda coba.

3. Masjid Layur Kampung Melayu

Bangunan kuno berupa masjid tua di Kota Semarang ini disebut pula Masjid Menara Kampung Melayu. Lokasi Masjid Layur ini mudah dijangkau, dari Pasar Johar ke arah Kota Lama melalui Kantor Pos Besar jalan Pemuda, sebelum Jembatan Berok belok kiri.

Bangunan masjid sendiri tidak bergaya Arab, tetapi memiliki lebih banyak unsur lokal. Lantai bangunan setangkup tersebut dinaikkan dan hanya dapat dicapai dengan tangga yang terdapat pada sisi muka. Walaupun sudah dimakan usia namun masjid ini masih kokoh dan masih digunakan oleh masyarakat sekitar untuk beribadah.

4. Gereja Katolik St. Yusuf dan Pastoran Semarang Ronggowarsito

Komplek Gereja St. Jusuf yang dibangun antara 1870-1875 ini terdiri atas bangunan-bangunan gereja, pastoran dan gedung pertemuan. Ciri yang mencolok dari bangunan ini ialah bangunan bahan bata klinker.

Bagian Tengah bangunan menjulang tinggi dengan jendela yang membentuk busur yang meruncing ke arah puncak. Pondasi dari batu dan memikul struktur dinding dengan perkuatan kolom pada tempat tertentu.

5. Mercusuar Pelabuhan Tanjung Emas

Mercusuar ini termasuk tua, dibangun pada 1884. Tidak diketahui siapa yang merencanakannya. Namun tentu erat kaitannya dengan pengembangan pelabuan sebagai pelabuhan ekspor hasil bumi oleh Pemerintah Kolonial pada waktu itu.

Pada masa menjelang akhir abad 19, Jawa merupakan penghasil gula nomor dua di dunia. Gudang-gudang di pelabuhan disempurnakan demikian pula dengan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang ini agar dapat disinggahi kapal dagang yang lebih besar.

6. Jembatan Berok

Jembatan Berok Semarang merupakan jembatan yang melintas Kali Semarang dan menghubungkan antara Kota Lama dari arah timur ke barat. Jembatan dibentuk dari empat buah kolom utama dengan bentuk menyerupai obelisk, dan pada puncak kolom terdapat lampu yang cukup unik.

Dulu, jembatan ini berfungsi untuk menghubungkan Kota Lama dengan bagian kota yang lain. Jembatan Berok sempat bernama Gouvernementsbrug diganti dengan Sociteisbrug, sebelum sekarang terkenal dengan sebutan Jembatan Berok.

7. Toko Oen Restaurant

Restoran ini merupakan salah satu bangunan kuno di Kota Semarang. Toko Oen merupakan salah satu restoran tertua di Indonesia dengan menu masakan Indonesia, Chinese, serta Belanda.

Sejak berdiri tahun 1936 hingga sekarang, bisa dikatakan tidak ada yang berubah dengan Toko Oen ini. Tak heran, banyak orang berkata bila masuk ke restoran tersebut serasa menembus lorong waktu, kembali ke masa lampau.




(aku/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads