Teriakan Menyayat Hati dari Gate 13 Kanjuruhan: Bojoku Matek!

Tragedi Kanjuruhan

Teriakan Menyayat Hati dari Gate 13 Kanjuruhan: Bojoku Matek!

Tim detikX - detikJateng
Jumat, 07 Okt 2022 12:47 WIB
People pray for victims of Saturdays soccer match stampede in front of gate 13 the Kanjuruhan Stadium in Malang, Indonesia, Tuesday, Oct. 4, 2022. Indonesian police said Tuesday that the gates at the soccer stadium where police fired tear gas and set off a deadly crush were too small and could only accommodate two at a time when hundreds were trying to escape. (AP Photo/Achmad Ibrahim)
Penampakan Pintu 13 Stadion Kanjuruhan. (Foto: AP/Achmad Ibrahim)
Solo -

Para saksi mata mengungkap suasana horor di Gate 13 saat Tragedi Kanjuruhan pecah akhir pekan lalu. Teriakan-teriakan pilu terdengar dari arah gate 13 dan sekitarnya.

Dilansir detikX, dua orang saksi kejadian yang saat itu sedang berada di dekat ruko sebelah pintu 13 mendengar teriakan kepanikan. Beberapa Aremania mengangkat meja di ruko tersebut.

Terdapat polisi yang ngopi di ruko itu dilempar bangku plastik oleh suporter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bojoku matek! Bojoku matek! (Istriku meninggal! Istriku meninggal!)," begitu teriak pendukung yang melempar bangku ke arah polisi, kata salah satu saksi.

Sementara itu meja ruko digunakan sebagai penopang orang-orang yang keluar lewat blok ventilasi udara atau roster beton di samping kiri gate 13. Karena pintu dikunci, para suporter menjebol paksa susunan roster beton, sehingga terbuka lubang seukuran satu badan orang dewasa yang bisa dijadikan pintu keluar alternatif.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan penuturan empat Aremania yang menonton pertandingan dari tribun 4, 5, 12, dan 13, kekacauan di dalam stadion bermula ketika ada dua Aremania melompati pagar tribun. Mereka mencoba menyampaikan dorongan semangat kepada para pemain Arema FC setelah pertandingan berakhir.

Itu disebut hal yang biasa terjadi karena ada kedekatan antara suporter dan pemain. Saat itu para pemain Persebaya Surabaya sudah memasuki ruang ganti tanpa menjadi korban kekerasan.

"Memang ada beberapa lemparan botol plastik ke tengah lapangan, tetapi tidak ada pemain yang kena," kata seorang penonton di tribun 12, Dadang Indarto.

Para suporter lainnya ramai-ramai turut turun ke lapangan. Karena lapangan stadion semakin dipenuhi massa, anggota kepolisian dan TNI berupaya memukul mundur dengan teriakan, pentungan, pukulan, dan tendangan.

Ramai-ramai sebagian Aremania kemudian kembali ke tribun. Namun polisi menembakkan gas air mata ke tengah lapangan, ke arah kumpulan massa, hingga ke arah tribun.

Suporter yang menonton di tribun 11, Nesya (15) menuturkan polisi mulai memberondong tembakan gas air mata ke tribun 10, 11, 12, dan 13 pada pukul 22.09 WIB.

Beberapa suporter mencari pintu keluar terdekat. Nesya dan rekan-rekannya memilih pintu 10. Saat itu, gas air mata terasa semakin menyengat. Nesya sempat melihat anak kecil kesulitan bernapas dalam gendongan orang tuanya.

"Makin banyak asap. Terus aku nggak kuat. Sesak (napas). Mataku perih. Terus nggak sadar (pingsan)," kata Nesya kepada reporter detikX.

Dia yang pingsan di lorong menuju pintu 10 lalu digotong temannya melewati pintu 10. Saat itu pintu 10 masih terbuka., berbeda dengan gate 13, yang ternyata sempat dibuka tetapi ditutup lagi.

Simak lebih lengkap di halaman berikutnya...

Wawan Setiawan, 27 tahun, adalah salah satu Aremania yang berhasil keluar melalui blok ventilasi udara yang dijebol, di samping pintu 13.

Wawan mengatakan bisa keluar karena Aremania di bagian dalam mengangkatnya agar bisa meraih lubang jebolan itu. Kemudian, di bagian luar, ada Aremania yang menopangtubuhnya untuk turun, sehingga kakinya memijak meja milik ruko sebelah pintu 13.

"Kondisinya kacau," kata Wawan dengan suara parau, Rabu, 5 Oktober 2022.

Sebelum bercerita, Wawan mengaku sedang ada masalah kesulitan berbicara. Itu karena efek gas air mata yang dirasakannya saat tragedi terjadi, empat hari sebelumnya.

Dia juga berhari-hari merasakan sesak di dada. Wawan sempat memeriksakan penyakitnya ini ke dokter.

Wawan melanjutkan sebelum berhasil keluar dari stadion, dia melihat banyak orang tergeletak di bagian dalam pintu 13. Sebagian di antaranya perempuan. Mereka adalah suporter yang tidak bisa lagi bertahan dari serangan gas air mata di tengah kerumunan.

Wawan mengaku menonton pertandingan dari tribun 13 bersama beberapa temannya. Namun yang ada di kepalanya ketika merasakan serangan gas air mata dari polisi hanyalah bagaimana cara menyelamatkan diri.

"Wis gak mikir temen (sudah tidak memikirkan teman)," katanya.

Setelah berhasil keluar dari stadion, Wawan langsung lari ke parkiran motor. Belakangan dia tahu, ada salah satu temannya yang menjadi korban meninggal di pintu 13.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Embun Es di Jawa, Fenomena Langka di Dataran Tinggi Dieng"
[Gambas:Video 20detik]
(sip/sip)


Hide Ads