Tragedi Kanjuruhan menjadi momok kelam bagi Emilia (33). Aremanita ini kehilangan suami dan anaknya buntut kerusuhan usai laga Arema FC vs Persebaya akhir pekan lalu.
Laga pada Sabtu (1/10) lalu itu merupakan kali ketiga Emilia dan suaminya Rudi Harianto serta anaknya yang masih balita menonton pertandingan Arema FC di Stadion Kanjuruhan. Dua pertandinga sebelumnya juga melibatkan tim besar di Indonesia yaitu Persija dan Persib juga dia tonton.
Raut matanya sembab dan dengan suara tercekat, Emilia menceritakan malam mencekam yang merenggut suami dan anaknya yang masih berusia 3,5 tahun. Dia menyebut mulanya pertandingan berlangsung seperti biasa, riuh suporter terdengar meriah menyemangati klub jagoan mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia dan keluarga kecilnya pun turut larut dalam keriuhan tersebut. Namun, usai peluit panjang yang ditiup wasit sejumlah suporter mulai merangsek masuk ke lapangan. Aksi ini diikuti suporter lainnya dan mulai terjadi gesekan di lapangan.
Polisi lalu melontarkan gas air mata ke arah tribun 13. Emilia kala itu mengaku merasakan sesak napas dan suaminya bergegas menggendong buah hati mereka mengajak keluar stadion.
"Tahu ada gas air mata, suami saya ngajak keluar. Saat itu suami menggendong anak saya. Terus ada satu orang (di belakang suami saya) itu saya. Tapi gara-gara kedorong yang di belakang, saya terpisah sama suami," pilu Emilia saat menceritakan kisahnya seperti dikutip dari detikJatim, Rabu (5/10/2022).
Emilia mengenang pintu di tribun 13 kala itu terbuka sangat kecil. Dia sempat melihat pintu itu hanya bisa dilewati dua orang, sedangkan ada banyak orang yang berebut untuk keluar. Mereka saling berdesakan karena gas air mata sudah mulai menyesakkan.
"Saat itu pintu yang dibuka di Tribun 13, cuma cukup buat 1 atau 2 orang. Saat mau turun itu gas air matanya makin terasa ditambah saling dorong orang-orang yang saling ingin menyelamatkan diri masing-masing," sambungnya
Emilia sempat merasa ditarik seseorang kembali ke tribun atas. Namun, orang yang menarik Emilia itu ternyata mengira dia adalah adiknya.
Saat berada di tribun, Emilia bertemu dengan adik iparnya. Dia merasa ada secercah harapan, dan mulai meminta tolong adiknya itu mencari suami dan anaknya. Dia pun menunggu di tribun dengan harap-harap cemas.
"Terus saya minta tolong adik ipar itu mencarikan suami dan anak saya. Saya nunggu sekitar 30 menitan di tribun sama saudara saya perempuan," katanya.
Emilia mengungkap suasana di tribun 13 tampak mengenaskan. Banyak penonton yang terkapar dan tak berdaya.
"Di tribun (atas) suasananya sudah nggak mencekam seperti pertama kali. Gas air mata sudah agak hilang. Saat itu penonton sudah banyak yang sekarat, tergeletak di tribun," kenangnya.
Selengkapnya di halaman berikut...
Kabar tentang keberadaan anak dan suaminya yang dia nantikan akhirnya datang. Dia mendapat kabar anaknya berada di RSUD Kanjuruhan dan langsung bergegas ke sana.
Namun hatinya justru hancur karena melihat anaknya terbujur kaku. Tak berselang lama sekitar 10 menit kemudian dia mendapat kabar suaminya ditemukan di RS Wava Husada. Lagi-lagi dia harus menelan pil pahit karena suaminya tiada.
"Selang 30 menit ada kabar dari kakak saya. Setelah kakak saya minta foto dan ditunjukkan ke polisi itu ketemunya di RS kanjuruhan. Posisi anak saya sudah di kamar mayat. Terus 10 menit lagi dapat kabar suami saya sudah gak ada nyawa di RS Wava Husada," ungkap Emilia berkaca-kaca.
Emilia pun tak menyangka laga Arema FC vs Persebaya itu menjadi momen dia dan suami serta anak laki-lakinya dipisahkan maut.
Terkait Tragedi Kanjuruhan ini Polri mengungkap data terakhir korban jiwa sebanyak 131 orang. Sementara itu laporan orang dilaporkan luka-luka.