Sesalkan Tragedi Kanjuruhan, Haedar: Lebih Baik Akui Salah daripada Ditutupi

Sesalkan Tragedi Kanjuruhan, Haedar: Lebih Baik Akui Salah daripada Ditutupi

Ristu Hanafi - detikJateng
Rabu, 05 Okt 2022 14:52 WIB
Ketua Umum PPMuhammadiyah Haedar Nashir.
Ketua Umum PPMuhammadiyah Haedar Nashir. (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng)
Jogja -

Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir angkat bicara soal tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, yang menewaskan seratusan suporter. Haedar turut berduka dan menyesalkan adanya tragedi tersebut, serta berharap ada tanggung jawab dari pihak terkait.

"Muhammadiyah sejak awal, selain kita berduka, kita menyesalkan kejadian ini, karena ini tragedi dunia," kata Haedar saat ditanya wartawan soal tanggapan Muhammadiyah atas tragedi Kanjuruhan, di kantor PP Muhammadiyah Jalan Cik Ditiro, Kota Jogja, Rabu (5/10/2022).

Investigasi yang Objektif

Menurut Haedar, investigasi tragedi Kanjuruhan harus objektif, terbuka, dan transparan hasilnya nanti. Jangan sampai ada usaha untuk menutupi apa pun karena publik baik Indonesia maupun dunia memerlukan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lebih baik (jika) kita salah mengakui ada kesalahan-kesalahan, daripada tragedi besar ini kita tutupi. Karena dengan kita belajar jujur, terbuka, objektif, transparan, itu kita belajar untuk tidak mengulangi ke depan," jelasnya.

Tanggung Jawab Jadi Poin Penting

Saat ditanya apakah pihak terkait, salah satunya Ketum PSSI, perlu mundur usai tragedi Kanjuruhan, Haedar menjawab hal itu berkaitan dengan nurani.

ADVERTISEMENT

"Nah, itu nurani yang paling menentukan. Tapi poin pentingnya adalah tanggung jawab," kata Haedar.

Selain itu Haedar juga menyinggung soal regulasi sepakbola. Menurut Haedar, dunia sepakbola Indonesia harus memiliki regulasi lebih yang baik, salah satunya soal keamanan dan kenyamanan penonton.

"Terakhir tentu memang setelah ini dunia sepakbola kita perlu diregulasi dengan baik, tidak sekadar menjadi industri. Di negara maju memang jadi industri yang hebat, tetapi regulasinya begitu rupa, sampai detail," kata Haedar.

"(Di luar negeri) Masih ada rasisme, tetapi hukuman pada rasisme tinggi. Nah ini perlu ke depan. Kedua, sistem kehidupan kita secara keseluruhan di Indonesia untuk safety, pengamanan, masih kurang. (Misalnya) Di tempat bermain anak, coba lihat, itu banyak tempat bermain anak besinya sudah karatan, putus, tajam, dan kita abai itu. Padahal itu dunia untuk anak. Semua kita harus mulai ke infrastruktur yang menyangkut keselamatan," imbuhnya.




(aku/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads