Suara Gebrakan Meja Misterius Penghuni Terakhir 'Kampung Mati' Kulon Progo

Suara Gebrakan Meja Misterius Penghuni Terakhir 'Kampung Mati' Kulon Progo

Tim detikJateng - detikJateng
Senin, 19 Jun 2023 09:03 WIB
Sulitnya akses menuju kampung mati di Dusun Watu Belah, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kulon Progo, Jumat (16/6/2023).
Sulitnya akses menuju kampung mati di Dusun Watu Belah, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kulon Progo, Jumat (16/6/2023). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng

"Jadi memang banyak kalau di sini. Banyak suara-suara juga tapi nggak saya dengerin karena udah biasa. Selain itu juga biar hantunya itu kalau dicuekin malu sendiri, capek sendiri untuk menghantui saya," imbuhnya.

Sumiran juga mengaku beberapa kali ditimpuk batu oleh sesuatu yang tak berwujud. Hal itu terjadi ketika dia sedang mengambil air di sumber mata air dusun setempat. "Pernah itu pas mau ambil air tahu-tahu ada yang nimpuk pakai batu. Wah saking seringnya jadi udah biasa," ucapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyaknya kejadian mistis itu membuat siapa pun yang berkunjung ke Kampung Mati perlu berhati-hati. Sebab pernah ada kejadian orang yang tersasar saat mengunjungi kampung tersebut meski hari masih terang.

"Sering juga itu, ada yang lewat sini mau ke kampung sebelah. Nah harusnya kan nggak sampai sejam ya, nah itu ternyata dibuat kesasar sampai hampir enam jam muter-muter di situ. Makannya harus hati-hati, terutama kalau datang pas surup (senja)," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Selain hal-hal gaib, keluarga ini juga sering mendapat gangguan dari hewan-hewan liar yang jamak ditemui di perbukitan menoreh. Di antaranya ular kobra dan celeng.

"Yang paling sering itu ular sama celeng. Bahkan yang Septi itu pernah digigit ular kobra, untung masih bisa diselamatkan," ucap Sumiran.

"Saya juga cukup sering ketemu ular jenis ini. Dan beberapa kali hampir kena patok," imbuhnya.

Meski penuh dengan gangguan, keluarga ini memutuskan tetap tinggal menyendiri di Kampung Mati. Alasannya karena mudah mendapatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup.

"Saya senang di sini, karena kalau cari kayu bakar dekat. Cari rumput dekat, cari daun singkong juga dekat. Air, walaupun itu airnya agak-agak putih, tetap bisa mengalir dari sendang pule di atas situ," ucap Sugiati.

Dukuh Watu Belah, Gunawan mengonfirmasi hal tersebut. Dia mengatakan dulu ada 10 rumah termasuk milik keluarga Sumiran yang bermukim di perkampungan tersebut. Karena akses jalan yang sulit, banyak warga yang pindah sehingga menyisakan satu rumah saja.

"Jarak terdekat dari rumah warga lain (dari keluarga Sumiran) kurang lebih 1,5-2 km," kata Gunawan.

Meski jauh dengan tetangga, keluarga Sumiran tetap bersosialisasi. Keluarga ini juga rutin menghadiri kegiatan kemasyarakatan seperti hajatan, melayat, dan lain-lain.


(dil/sip)


Hide Ads