Ternyata Ini Alasan Sugianti Bertahan di Kampung Mati Pengasih Kulon Progo

Ternyata Ini Alasan Sugianti Bertahan di Kampung Mati Pengasih Kulon Progo

Tim detikJateng - detikJateng
Senin, 19 Jun 2023 10:35 WIB
Rumah penghuni terakhir di Kampung Mati, Dusun Watu Belah, Sidomulyo, Pengasih, Kulon Progo, Jumat (16/6/2023).
Suasana rumah keluarga terakhir penghuni Kampung Mati, Kulon Progo. (Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng)
Kulon Progo -

Keluarga Sugiati menjadi yang terakhir tersisa menghuni Kampung Mati, di Kulon Progo. Apa alasan mereka bertahan meski lokasi Kampung Mati berada di tengah hutan dan terisolir?

"Saya senang di sini, karena kalau cari kayu bakar dekat. Cari rumput dekat, cari daun singkong juga dekat. Air, walaupun itu airnya agak-agak putih, tetap bisa mengalir dari Sendang Pule di atas situ," ucap Sugiati menjelaskan alasannya tetap tinggal di Kampung Mati, Jumat (16/6/2023).

Sugiati tinggal di Kampung Mati bersama suaminya, Sumiran (49), dan dua anaknya yakni Agus Sarwanto (23) dan Dewi Septiani (10).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kampung Mati ini terletak di Dusun Watu Belah, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kulon Progo.

Sebutan Kampung Mati muncul bukan tanpa alasan. Dahulu, area kampung yang berada di tengah hutan kawasan perbukitan Menoreh itu dihuni oleh sedikitnya tujuh kepala keluarga (KK).

ADVERTISEMENT

Namun seiring berjalannya waktu, enam keluarga di antaranya memutuskan pindah dari kampung itu. Hingga akhirnya hanya tersisa keluarga Sugiati.

Keluarga ini telah menetap di Kampung Mati sejak 24 tahun silam. Mereka mengandalkan sumber daya alam ada di sekitarnya untuk menyambung hidup. Termasuk keperluan air bersih, sayur, buah untuk makan sehari-hari.

Sumiran bekerja sebagai tukang kayu dengan penghasilan tak menentu. Sementara Sugiati fokus mengurus rumah tangga.

Adapun anak sulung mereka, yakni Agus Sarwanto menjadi pekerja di sebuah pabrik pengolahan makanan di Bantul. Sementara si anak bungsu, Dewi Septiani masih duduk di kelas III SDN Kutogiri.

Rumah yang keluarga ini huni merupakan warisan dari leluhur Sumiran. Rumah bergaya joglo dengan dinding kayu dan lantai tanah ini tampak mencolok karena menjadi satu-satunya bangunan yang berdiri di Kampung Mati.

Sejauh mata memandang hanya terlihat rerimbun pohon dan pekarangan penuh rumput liar. Dulunya pekarangan itu merupakan area permukiman.

"Di samping rumah ini (pekarangan) kita masih bisa lihat sisa pondasi bangunan. Nah itu bekas pondasi rumah tetangga kami yang sekarang sudah pergi," ujar Sugiati.

"Nah di atas bukit itu juga dulu ada rumah, Mas. Tapi sekarang yang punya udah pindah," timpal Sumiran.




(sip/ams)


Hide Ads