Tips Memilih Makanan Agar Puasa Tak Cepat Lapar Ala Pakar Gizi UGM

Tips Memilih Makanan Agar Puasa Tak Cepat Lapar Ala Pakar Gizi UGM

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Selasa, 21 Mar 2023 06:45 WIB
Ahli gizi kesehatan FKKMK UGM, Tony Arjuna, saat memberikan keterangan dalam acara Pojok Bulaksumur di selasar Gedung Pusat UGM, Sleman, Senin (20/3/2023).
Ahli gizi kesehatan FKKMK UGM, Tony Arjuna, saat memberikan keterangan dalam acara Pojok Bulaksumur di selasar Gedung Pusat UGM, Sleman, Senin (20/3/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng
Sleman -

Ahli gizi kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM Tony Arjuna menyarankan agar umat muslim yang berpuasa tetap makan tiga kali sehari. Berikut jenis makanan yang disarankan.

Tony menjelaskan banyak umat muslim yang berharap puasa bisa menurunkan berat badan. Namun, karena emosi tidak terkelola dengan baik, puasa justru menjadi ajang untuk makan sebanyak-banyaknya.

"Kalau kita mau melakukan dengan benar, seperti puasa, ada jam makan khusus. Sebenarnya itu sama saat puasa Ramadan, kalau Ramadan jam makan malam hari dan satunya (tidak makan) saat siang hari," kata Tony dalam acara Pojok Bulaksumur di selasar Gedung Pusat UGM, Sleman, Senin (20/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang paling penting buka puasa itu kuncinya supaya nanti masuknya makanan bertahap yang bisa dicerna badan kita. Supaya energinya keluarnya step by step dan nanti bisa berlanjut hingga setelah habis tarawih," lanjut Tony.

Menurut Tony, waktu makan saat berpuasa di Indonesia cenderung lebih panjang dibandingkan dengan negara subtropis. Saat musim panas, waktu puasa di negara subtropis sangat panjang dan hanya menyisakan waktu makan antara 2-5 jam.

ADVERTISEMENT

"Orang-orang dengan kondisi seperti karena waktu makan terbatas itu kemungkinan besar akan turun berat badannya dibandingkan kita yang waktu makannya lebih leluasa," ujar Tony.

"Karena 12 jam (puasa) dan perlu 2 jam untuk pengosongan lambung. Jadi kalau dihitung 12 jam, 4-5 kali makan sudah cukup, sehingga orang puasa bisa masih gemuk kalau di Indonesia," imbuh dia.

Tony pun menyarankan agar umat Islam memilih makanan ketika puasa Ramadan agar proses pencernaannya menjadi lebih pelan atau lambat.

"Sehingga rasa kenyang itu lebih lama munculnya dan akhirnya frekuensi untuk makan menjadi lebih berkurang," ucapnya.

Salah satu makanan pilihan itu yang pertama ialah sumber protein seperti daging, ikan, dan ayam. Jenis makanan ini termasuk paling pelan dalam proses pencernaannya.

"Kedua, makanan jenis karbohidrat kompleks, sayuran, dan buah-buahan. Tapi sulitnya di Indonesia lekat dengan persepsi 'tidak makan nasi itu tidak hidup (kenyang)," katanya.

"Padahal tidak makan nasi juga tidak bakalan mati juga. Jadi itu yang membuat susah, karena makanan jenis karbohidrat yang sederhana yang mudah untuk dicerna seperti nasi, mi, dan roti itu cepat sekali kosong dari perut kita," lanjutnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Sebenarnya, kata Tony, jika makan nasi banyak, sedangkan lauk dan sayurnya sedikit justru membuat lebih cepat lapar. Apalagi kalau dibarengi dengan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung kadar gula dan minuman es.

"Itu lebih cepat hilang, jadi kenyang cepat dan lapar cepat. Kalau didominasi protein, sayur buah makan sekali kenyangnya lebih panjang bisa sampai 4-5 jam. Sahur juga sama, bisa didominasi dengan makanan dengan kandungan protein, sayur, dan buah," ujarnya.

Sedangkan perihal mengonsumsi daging saat malam hari di bulan puasa disebut berdampak pada meningkatnya berat badan, Tony menampiknya.

"Tidak sama sekali, itu sama kalau membatasi jam 6 malam waktu terakhir makan. Padahal itu tidak ada hubungannya jam makan dengan bertambah gemuk," ucapnya.

Menurutnya, semua itu kembali lagi pada jenis makanan yang dikonsumsi. Tony mencontohkan, memakan martabak manis pukul 6 malam lebih berpotensi membuat gemuk daripada memakan cap cay atau buah pada pukul 10 malam.

"Begitu pula dengan makan daging, bukan masalah mengolah dagingnya, tapi lebih pada bagaimana pengolahannya. Misal diolah dengan sedikit minyak, lalu dipanggang, diungkep lebih rendah kalorinya," terangnya.

Tony juga menambahkan, bahwa umat muslim yang sedang berpuasa tidak perlu takut untuk tetap makan sehari tiga kali. Menurutnya, hal tersebut lebih baik dibandingkan makan hanya 1-2 kali sehari.

"Lebih ideal makan saat bulan puasa itu sama saat hari-hari biasa. Karena dari penelitian, kalau makan kurang dari 3 kali malah bisa cenderung jadi lebih gemuk. Karena orang makan sehari 1-2 kali porsi yang dikonsumsi lebih banyak dibanding makan dengan frekuensi 3 kali sehari," katanya.

Pasalnya, semakin jarang makan itu artinya setiap kali makan jumlah yang dimakan semakin banyak karena laparnya berkali-kali lipat. "Jadi saat puasa itu bisa makan habis buka puasa, habis tarawih sama sahur. Jadi 3 kali sehari lebih ideal," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(dil/ams)


Hide Ads