Erupsi Gunung Merapi tahun 2006 memakan korban jiwa dua orang relawan yang terjebak dalam Bunker Kaliadem, Cangkringan, Kabupaten Sleman. Muntahan awan panas atau yang dikenal dengan istilah wedhus gembel terbilang besar, begini kesaksian warga yang selamat.
Salah satu warga lereng Merapi Kalurahan Umbulharjo, Kapanewon Cangkringan, Bambang Sugeng menceritakan momen yang terjadi pada Rabu 14 Juni 2006 sore itu.
Sirene terus berbunyi ketika Bambang Sugeng mencoba melarikan diri dari kejaran awan panas Merapi. Peristiwa luncuran awan panas Merapi tanpa jeda dimulai pada 14.56 WIB hingga 15.50 WIB. Bambang merupakan salah satu warga Kalurahan Umbulharjo yang selamat dari kejadian itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sore itu sebenarnya dia menemani rombongan wartawan dari media nasional melihat kondisi Kaliadem. Hari itu, Merapi sudah mengeluarkan awan panas sejak pagi. Bahkan material telah memenuhi dasar Kali Gendol.
Bersama Bambang, ada juga petugas BPPTKG yang mengumpulkan sampel material vulkanik untuk penelitian. Beberapa warga, pamong desa, dan relawan juga ada di area Bunker Kaliadem sebelum erupsi besar terjadi.
"Itu waktu kejadian (awan panas) kedua, siang. Jadi waktu itu bunker masih utuh. Infrastruktur masih utuh semua waktu itu," kata Bambang, Selasa (14/3/2023).
Dia masih ingat sebelum awan panas menerjang Kaliadem, ada banyak burung beterbangan. Disusul kijang berlarian dari arah gunung menuju selatan.
"Itu disusul suatu kekuatan yang sangat dahsyat waktu itu," ucapnya.
Dalam waktu sepersekian detik, Bambang sempat terpaku dengan fenomena alam di depannya sebelum akhirnya lari. Indera penglihatannya menangkap gumpalan awan panas mulai memenuhi alur Kali Gendol, menerjang pepohonan dan menuju arahnya.
"Di situ terdengar suatu letupan-letupan. Semua menyaksikan. Kita turun, seakan-akan (gumpalan awan panas) tambah, tambah, tambah, mengejar terus," kenangnya.
Bambang bersama warga lain serta jurnalis yang berada di sana kemudian berlari menjauhi kejaran awan panas. Sementara mereka berlari, dua orang ternyata memilih masuk ke Bunker Kaliadem yang dibangun pada tahun 2001 itu.
Pada akhirnya, bunker tak mampu menahan suhu ekstrem material Merapi. Keduanya pun meninggal di dalam bunker itu.
"Kita nggak tahu yang terjadi di atas sana tadi. Ternyata meluluhlantakkan warung, bangunan, nah akhirnya menimbun. Tapi sebelum kita berlari ada dua warga itu yang masuk ke bunker (Kaliadem)," ucapnya.
Dia memang lolos dari kejaran lava yang memenuhi Kali Gendol. Tapi ada bahaya lain yang mengintai. Gumpalan awan menyerupai bulu wedhus gembel itu hampir menyapu rombongannya andai saat itu angin tak bertiup ke arah timur.
"Awan tadi bukannya ke barat, tapi tersapu angin ke timur, ke Kali Tengah. Kalau ke barat teman-teman dari wartawan itu kena semua," imbuhnya.
Halaman selanjutnya, tentang Erupsi Merapi 2006.
Mengutip Data dan Informasi Bencana di Indonesia (DIBI) BPBD DIY tahun 2018, dampak yang ditimbulkan dari erupsi 14 Juni 2006 menewaskan dua orang relawan. Sementara tak ada laporan warga mengalami luka.
Namun, fasilitas umum, kawasan wisata, perkebunan, peternakan, dan lingkungan dilaporkan rusak. Hunian warga pun tak dilaporkan mengalami kerusakan parah. Hanya debu vulkanik saja yang mengotori bangunan.
Dalam buku 'Edisi Khusus Erupsi Merapi 2006: Laporan dan Kajian Vulkanisme Erupsi' yang ditulis mantan Kepala BPPTKG Subandriyo, fase erupsi Merapi dimulai pada 25 April. Lalu di tanggal 13 Mei 2006 status Merapi menjadi Awas.
Jumlah awan panas kecil mulai meningkat pada 14 Mei dan mulai membesar pada 15 Mei hingga mencapai jarak 4,5 kilometer ke arah utama Kali Krasak dan Boyong. Aktivitas vulkanik Merapi sempat menurun, namun gempa besar tanggal 27 Mei. Gempa besar pada pukul 05.57 WIB itu ditengarai memicu aktivitas Merapi. Dua menit kemudian awan panas muncul.
Sehari setelah itu, frekuensi awan panas meningkat tajam. Data pemantauan menunjukkan 159 kali kejadian awan panas dalam sehari. Perubahan laju pertumbuhan kubah lava juga meningkat drastis.
Titik balik perubahan arah aliran awan panas terjadi saat peristiwa runtuhnya dinding Gegerboyo. Peristiwa di tanggal 4-5 Juni ini membuat jalan keluar awan panas semakin melebar.
Sempat mengalami penurunan aktivitas dan status, Merapi kemudian mengalami peningkatan di tanggal 14 Juni 2006. Awan panas beruntun terjadi sejak pagi. Pada pukul 11.57 WIB, ujung awan panas telah mencapai jarak 5,5 kilometer ke Kali Gendol.
Aktivitas awan panas terus berlanjut dan semakin membesar. Puncaknya pada pukul 15.15 WIB, jarak luncur awan panas mencapai 7 kilometer dan menyapu wilayah Kaliadem. Material vulkanik Merapi yang longsor diperkirakan lebih dari 3 juta meter kubik. Awan panas itu lah yang kemudian menewaskan dua relawan.
Usai erupsi besar itu, aktivitas Merapi mulai menurun. Meski kubah lava masih menunjukkan pertumbuhannya.