619 Anak Bantul Kena TBC, Dinkes Ungkap Faktor Penularan: Diciumi-Kurang Gizi

619 Anak Bantul Kena TBC, Dinkes Ungkap Faktor Penularan: Diciumi-Kurang Gizi

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Rabu, 21 Des 2022 14:37 WIB
Lungs made of white and black pills on pink background. World Tuberculosis Day concept
Ilustrasi Tuberkulosis (TBC). Foto: Getty Images/iStockphoto/Liliia Lysenko
Bantul -

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul menyebut tahun ini hingga bulan November tercatat ada 1.216 kasus Tuberkulosis (TBC). Dari jumlah tersebut 50% kasus terjadi pada anak-anak.

"Di Kabupaten Bantul, pada bulan Januari sampai November 2022 tercatat ada 1.216 kasus TBC yang ditemukan di seluruh fasilitas kesehatan. 619 di antaranya adalah kasus TBC anak dan 12 kasus pasien TBC resisten obat," kata Kepala Dinkes Bantul Agus Budi Raharja kepada wartawan di Kapanewon Sewon, Bantul, Rabu (21/12/2022).

Risiko Anak Tertular

Agus menyebut ada beberapa faktor anak-anak terjangkit TBC. Salah satunya masih banyak orang dengan TBC yang masih belum ditemukan dan diobati, di mana estimasi kasus di Bantul seharusnya 2.431 namun baru terdeteksi 1.216.

"Jadi anak memang ada risiko penularan, contoh anak umur 2 tahun kan sering digendong atau diciumi orang-orang. Hal itu risiko kontak semakin tinggi," jelasnya.

"Apalagi kerawanan akibat kurang gizi karena kondisinya, angka stunting juga masih ada terus. Jadi ada potensi-potensi di dalam anak itu sendiri, sehingga daya tahan anak kurang," imbuh Agus.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Agus Budi Raharja, Kamis (17/6/2021).Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Agus Budi Raharja, Kamis (17/6/2021). Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom

Kendati demikian, Agus mengungkapkan jika TBC anak tidak menular. Ciri-ciri TBC seperti batuk lebih dari dua pekan disertai demam dan mengalami penurunan berat badan.

"TBC anak tidak menularkan tapi anak berpotensi tertular TBC tinggi," ujarnya.

Agus mengaku Dinkes bersama pihak terkait menggencarkan screening TBC. Selain itu menguatkan jaringan di lapangan untuk bisa menyosialisasikan gejala TBC ke masyarakat.

"Kalau upaya-upaya intinya kita lakukan terapi, pencegahan terkait TBC. Jadi kalau ada ditemukan keluarganya kena TBC harus segera diambil tindakan. Karena itu kita perkuat jejaring untuk bisa mendeteksinya," jelasnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT