Dinkes Sumedang Ungkap Faktor Penyebab Stunting: Rokok-Ketiadaan JKN

Dinkes Sumedang Ungkap Faktor Penyebab Stunting: Rokok-Ketiadaan JKN

Dwiky Maulana Velayati - detikJabar
Rabu, 09 Okt 2024 17:04 WIB
Rakor Dinkes Sumedang Publikasi Data Stunting 2024.
Rakor Dinkes Sumedang Publikasi Data Stunting 2024. (Foto: Dwiky Maulana Velayati/detikJabar)
Sumedang -

Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang mengklaim angka stunting di Kabupaten Sumedang telah menurun. Penurunan tersebut terjadi di tahun 2024 jika dibandingkan dari tahun 2020.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Aceng Solahudin Ahmad saat memimpin Rapat Koordinasi Publikasi Data Stunting di Aula Dinkes Sumedang, Rabu (9/10/2024).

Menurut Aceng berdasarkan hasil data sementara pihaknya, angka persen dalam stunting awalnya dari 12,05 persen menjadi 7,32 persen pada balita usia 0 sampai 59 bulan. Sementara pada presentasi data stunting pada balita di bawah usia dua tahun juga mengalami penurunan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Presentasi stunting pada balita usia 0-59 bulan dari tahun 2020 hingga September 2024 mengalami penurunan signifikan, dari 12,05 persen menjadi 7,32 persen. Selain itu, persentase stunting pada balita di bawah 2 tahun juga turun dari 8,20 persen menjadi 5,00 persen," ujar Aceng kepada wartawan.

Aceng mengatakan, faktor determinan kasus stunting di Kabupaten Sumedang tahun 2024 meliputi merokok di dalam rumah, ketidakadaan JKN, penyakit penyerta, riwayat kehamilan ibu, kurangnya imunisasi, kecacingan, serta akses terhadap jamban dan air bersih.

ADVERTISEMENT

"Langkah-langkah yang diambil antara lain pengukuran dan intervensi pemberian makanan bergizi tambahan. Kami juga melibatkan PKK sebagai organisasi terdekat dengan keluarga untuk mensosialisasikan ke tingkat kecamatan, desa sampai tingkat rumah, terkait faktor-faktor penyebab stunting tersebut," katanya.

Aceng menyampaikan, meskipun terdapat desa yang bebas stunting, namun dari data Dinkes belum ada kecamatan di Sumedang yang sepenuhnya bebas dari stunting pada balita.

"Kami maunya zero stunting, namun kenyataannya masih ada 1,4 persen batuta stunting, dari total stunting yang ada," kata Aceng.

Oleh karenanya, masih kata Aceng, demi menekan angka stunting sendiri tentu dibutuhkan kolaborasi semua pihak terkait, sehingga upaya penurunan stunting dapat terus ditingkatkan demi masa depan yang lebih sehat bagi generasi mendatang.

"Data yang dipublikasikan ini sangat penting bagi semua pemangku kebijakan dalam penanganan stunting," pungkasnya.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads