Upaya eliminasi Tuberkulosis (TBC) di Kota Tarakan, Kalimantan Utara, tak hanya soal menemukan kasus, tapi juga mencegah penularan melalui edukasi masyarakat.
Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat gencar menggelar Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Tarakan, Irwan Yuwanda menjelaskan pentingnya edukasi.
"Banyak yang belum tahu, kalau ada penderita TBC di satu rumah, keluarga yang kontak wajib ikut tata laksana pencegahan," ungkapnya kepada detikKalimantan, Jumat (4/4/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tata laksana itu mencakup pemberian obat pencegahan bagi kontak serumah, baik yang bergejala maupun tidak. Sayangnya, tantangan muncul dari penderita TBC laten-kondisi saat kuman 'tidur' di tubuh tanpa gejala.
"Mereka merasa sehat, jadi menolak obat. Padahal kuman bisa aktif kapan saja kalau imunitas turun," jelas Irwan.
Menurut Irwan, ini berbahaya bagi orang sehat di sekitar penderita. "TBC harus ditemukan, diobati teratur, dan dilaporkan. Kalau tidak, penularan sulit dicegah," tegasnya.
Dinkes juga menawarkan pemeriksaan dan pengobatan gratis di fasilitas kesehatan pemerintah, bahkan tanpa BPJS. Dengan edukasi dan skrining masif, Tarakan berharap mendukung mimpi Indonesia bebas TBC pada 2030.
"Tapi kalau sudah jadi penderita, kami sarankan punya BPJS untuk penyakit penyerta," tambah Irwan.
"Kalau keluarga serumah mau ikut program pencegahan, penularan bisa ditekan," pungkasnya.
(sun/mud)