Mengenal Belalang Setan yang Diduga Tewaskan 1 Warga Gunungkidul

Mengenal Belalang Setan yang Diduga Tewaskan 1 Warga Gunungkidul

Tim detikJateng - detikJateng
Senin, 05 Des 2022 19:15 WIB
Belalang setan yang berhasil ditangkap tim peneliti
Belalang setan yang berhasil ditangkap tim peneliti. Foto: Usman Hadi/detikcom
Solo -

Warga Pedukuhan Selorejo, Sodo, Paliyan, Gunungkidul, Musri (53) meninggal diduga karena menyantap belalang setan yang dimasaknya di ladang bersama suaminya. Apa itu belalang setan? Berikut penjelasan dari tim peneliti Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Ciri-ciri Belalang Setan

Melansir situs resmi Fakultas Biologi UGM, belalang setan merupakan belalang anggota Famili Pyrgomorphidae dan ordo Orthoptera. Kepala dan thorak belalang ini berwarna gelap kebiruan dan bagian lateralnya (pinggir) berwarna kuning cerah. Adapun abdomen (bagian tubuh di belakang dada atau toraks) bagian tergit dan sternit berseling merah dan kuning.

Menurut artikel dalam situs biologi.ugm.ac.id yang diakses detikJateng pada Senin (5/12/2022), warna-warni badan belalang itu sebagai peringatan untuk menjauhkan diri dari predator.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, belalang setan juga memiliki perilaku yang unik. Apabila belalang setan terganggu, mereka akan mengeluarkan busa dari bagian toraks (bagian di belakang kepala serangga).

"Cairan tersebut memang berbau menyengat, dari mana nama belalang itu didapat, namun tidak beracun bagi manusia. Cairan tersebut bermanfaat sebagai salah satu cara mempertahankan diri mereka terhadap mangsanya," dikutip detikJateng dari situs biologi.ugm.ac.id.

ADVERTISEMENT

Menurut situs Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM, belalang ini agak berbeda dengan belalang pada umumnya yang makan pada saat siang hari. Belalang setan makan pada saat malam hari.

Belalang setan adalah belalang pemakan segala. Di Srilanka, belalang tersebut menyukai tumbuhan dadap, kelapa, Areca dan pisang.

Dalam situs hpt.faperta.ugm.ac.id disebutkan, pergerakan belalang ini lamban atau tidak gesit. Jika hendak dipegang, belalang ini lebih memilih menjatuhkan diri daripada meloncat terbang.

"Ketika dipegang manusia dan merasa terganggu, belalang setan mengeluarkan cairan berupa busa yang menyebabkan iritasi kulit pada sebagian orang dan juga mengeluarkan bunyi seperti derikan," dikutip dari artikel di hpt.faperta.ugm.ac.id.

Cairan tersebut keluar dari bagian toraksnya yang berfungsi sebagai pertahanan diri dari predatornya. Cairan juga terasa pahit dan bisa meracuni sebagian predatornya.

"...bagi sebagian orang yang kulitnya sensitif sebaiknya menggunakan sarung tangan yang terbuat dari karet agar cairan yang dikeluarkan oleh belalang setan tidak bersinggungan langsung dengan kulit yang meyebabkan iritasi," tulis artikel itu.

Hasil penelitian Fakultas Biologi UGM tahun 2018 ada di halaman selanjutnya.

Penelitian Fakultas Biologi UGM Tahun 2018

Guna menyelidiki penyebab meledaknya jumlah belalang setan di Gunung Kidul pada awal 2018, Fakultas Biologi UGM mengirimkan tim peneliti. Tim itu terdiri dari Drs Sudaryadi, M Kes, Soenarwan Hery Purwanto, M Kes, dan Drs Hari Purwanto, M P, Ph D.

Investigasi dilaksanakan di wilayah perbatasan Karangrejek dan Baleharjo, Wonosari, Gunungkidul, dan beberapa titik lokasi lain di Wonosari, Karangmojo dan Nglipar, Gunungkidul pada Selasa, 23 Januari 2018.

Hasil survei di beberapa lokasi tersebut menunjukkan bahwa belalang setan atau Aularches miliaris (L.) banyak ditemukan di perbatasan Dusun Baleharjo dan Karangrejek.

Belalang setan memiliki siklus hidup yang relatif cukup lama dibandingkan dengan jenis belalang lainnya. Dalam artikel di situs biologi.ugm.ac.id disebutkan siklus hidup belalang setan yang dipelihara di laboratorium berkisar antara 9-10 bulan, di mana 4 bulan di antaranya dalam fase telur.

Dugaan Penyebab Tewasnya Musri

Diberitakan sebelumnya, Kapolsek Paliyan AKP Solechan mengatakan kejadian bermula saat Kisman (76) ke ladang di Kalurahan Giring untuk menjaga tanaman jagungnya dari hama monyet, Sabtu (3/12).

Di saat bersamaan, istrinya yakni Musri melihat ada belalang dan menangkap beberapa untuk dimasak.

"Korban memasak belalang hasil tangkapannya di gubuk yang berada di ladang. Selanjutnya sekira pukul 12.00 WIB korban dan suaminya makan belalang yang telah dimasaknya, saat itu korban makan 3 ekor sedangkan suaminya makan satu ekor," kata Solechan saat dihubungi detikJateng, Senin (5/12/2022).

Pada pukul 14.00 WIB korban mengalami mual dan muntah-muntah. Alhasil, korban dan suaminya pulang ke rumah sekitar pukul 16.00 WIB. Karena kondisinya tak kunjung membaik, korban dan suaminya dibawa keluarga ke RSUD Wonosari.

Pada Minggu (4/12) pukul 02.00 WIB, korban dan suaminya dibawa pulang keluarga.

"Dari keterangan keluarga, saat dirawat di rumah itu korban dan suamimya sering muntah-muntah. Karena itu sama keluarga diberi minum air kelapa muda hijau dan minuman isotonik hingga habis 2 botol," ujarnya.

Usai menjalani perawatan di rumah, Senin (5/12) sekitar pukul 03.00 WIB, Musri meninggal dunia. Solechan menduga meninggalnya Musri berkaitan dengan jenis belalang yang dimakan sebelumnya.

" Meninggalnya korban diduga karena keracunan belalang bulus, hal itu diketahui setelah kami meminta keterangan saksi (Kisman)," ucapnya.



Hide Ads