Seorang penulis berinisial HBA atau Amengaku menjadi korban penipuan salah satu penerbit buku independen atau indie di Jogja. A mengaku telah menyetor sejumlah uang ke penerbit itu. Namun, hingga kini tak kunjung ada kabar soal penerbitan naskahnya.
A menceritakan pengalamannya melalui akun Twitter @ngen*** dan kemudian viral. Pantauan detikJateng, hingga hari ini pukul 12.44 WIB cuitan A telah diretweet 3.629 kali dan disukai 9.479 akun.
detikJateng sudah menghubungi A untuk mengutip utas di akun Twitternya.
Kejadian itu bermula saat A mencari penerbit independen yang bisa menerbitkan naskahnya. Ia kemudian menemukan salah satu penerbit di Jogja lewat Instagram. Karena melihat nama besar penerbit itu, A pun langsung menghubungi.
"Begitu aku dapat kontak WhatsApp-nya langsung aku japri, di awal belum ada kecurigaan karena balasannya cukup reponsif dan penawarannya juga meyakinkan," kata A, Rabu (9/11/2022).
A kemudian menyempurnakan naskahnya dan mengumpulkan uang sebelum dikirim ke penerbit. Setelah berdiskusi panjang, dia kemudian merasa yakin untuk menerbitkan naskahnya di penerbit tersebut.
"Sebelum transfer, aku sempat minta MoU/surat apalah itu sebagai perjanjian kerjasama. Tapi si penipu ini cuma ngasih link website penerbit yang berupa syarat ketentuan naskahnya. Lanjut mau ke proses pembayaran, aku mau DP tapi penipu minta langsung lunas," terangnya.
Akhirnya, A mentransfer uang sebesar Rp 1,5 juta untuk biaya penerbitan buku. Namun, setelah ditransfer, pihak penerbit itu sulit dihubungi.
"Saya mulai berkomunikasi dengan (menyebut nama pemilik penerbit) sejak Juni (2022). Kemudian saya transfer biaya dan kirim naskah di bulan Juli Rp 1,5 juta," katanya.
Lebih lanjut, saat A menanyakan terkait proses penerbitan buku, pihak penerbit selalu beralasan. Kecurigaannya semakin bertambah saat komentar di akun Instagram pihak penerbit itu dibatasi.
"Dia janji untuk menyelesaikan naskah 2 minggu, tapi sudah sebulan lebih tetap slowrespons dan tidak ada kabar. Dan aku baru sadar kalau komentar di aku IG penerbit dan penipu itu dibatasi," ujarnya.
A akhirnya meminta bantuan saudaranya yang tinggal di Jogja untuk mendatangi kantor penerbit itu. Namun saat tiba di lokasi, kantor tersebut sudah berupa gudang kosong.
A sudah memberikan kesempatan kepada penerbit itu untuk mengembalikan uang atau setidaknya memproses naskahnya. Hanya saja pihak penerbit tidak pernah merespons.
Baru hari ini, Rabu (9/11), A mengaku telah dihubungi lagi oleh pihak penerbit. Namun uang yang sudah terlanjur dia transfer belum dikembalikan.
Selengkapnya ada di halaman selanjutnya...
(dil/sip)