Hari ini, 26 Oktober menjadi hari yang diingat oleh warga di lereng Merapi. Sebab, 12 tahun yang lalu erupsi dasyat Gunung Merapi terjadi dan menewaskan ratusan orang, termasuk sang juru kunci Mbah Maridjan.
Aktivitas Gunung Merapi mulai berubah dari siaga menjadi awas pada 25 Oktober 2010 pukul 6 pagi. Sebelumnya, status gunung yang siaga sejak 23 Oktober terpantau mengalami jumlah guguran material meningkat tajam dari di bawah 100 menjadi di atas 180 kali per hari.
Erupsi besar Gunung Merapi kemudian terjadi pada 26 Oktober 2010 pukul 17.58 WIB dengan diikuti sirine panjang yang memicu kepanikan warga sekitar. Mbah Maridjan kala itu menolak untuk dievakuasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasannya, Mbah Maridjan ingin menepati janjinya kepada Sultan HB IX untuk terus menjaga Merapi sampai akhir hayat. Mbah Maridjan memilih menetap di rumahnya di Desa Kinahrejo, saat keluarganya mengungsi.
Awan panas dari Merapi, gunung yang dijaganya pun merenggut nyawanya. Mbah Maridjan ditemukan meninggal di dapur rumahnya dan ditemukan pada Rabu (27/10) dalam posisi sujud.
Berdasarkan data BPPTKG, erupsi Merapi terjadi pada Selasa 26 Oktober 2010 pukul 17.02 WIB.
Awan panas guguran Gunung Merapi meluncur hingga 8 kilometer ke arah tenggara atau ke Kali Gendol. Kejadian ini mengawali rangkaian erupsi Merapi tahun 2010.
Data pemantauan seperti kegempaan, deformasi, dan geokimia naik secara signifikan sejak bulan September 2010. Puncak fase erupsi terjadi pada 4-5 November 2010 saat material erupsi terlontar vertikal dengan ketinggian 10 kilometer dan awan panas guguran meluncur 15 kilometer ke arah Kali Gendol.
Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 merupakan erupsi terbesar sejak 100 tahun terakhir. Hal ini tentu menjadi pelajaran bagi kita untuk terus mempersiapkan dan meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi.
(apl/ams)