Jelang panen raya, lahan cabai seluas 30 hektare di Kalurahan Giripeni, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), rusak tergenang air imbas hujan sejak beberapa hari terakhir. Hal ini menyebabkan banyak tanaman membusuk dan mati.
"Karena curah hujan yang tinggi jadinya mayoritas lahan di sini tergenang air. Akibatnya ya banyak tanaman membusuk, beberapa sudah mati," ungkap salah satu petani, Sunaryono, saat ditemui di lokasi, Selasa (11/10/2022).
Di sisi lain, lanjut Sunaryono, petani Giripeni saat ini sedang menunggu masa panen raya yang akan berlangsung sekitar 30 hari ke depan. Petani bahkan sudah merencanakan panen raya dengan menggelar wiwitan atau pesta panen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, tanaman justru terendam air hingga mengakibatkan daun rontok dan buah muda jatuh serta busuk. Dengan kondisi tanaman yang rusak, petani pun khawatir hasil panen tidak maksimal, bahkan terancam gagal panen.
"Padahal 30 hari lagi ini sudah bisa dipanen. Kalau kayak gini terus keadaannya, ya kami nggak bisa apa-apa, sudah pasti gagal panen," ujarnya.
![]() |
Petani lain, Sadat, mengatakan genangan air di lahan cabai Giripeni sudah terlihat sejak sepekan terakhir. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyingkirkan genangan tersebut, tetapi tidak membuahkan hasil.
"Kita sudah berupaya menyedot air dengan diesel, tapi ya tetap banyak air karena sekitar semingguan ini air hujan menggenangi tanaman cabai nggak ada henti," ucapnya.
Sadat mengatakan, kondisi ini memaksa para petani di Giripeni melakukan panen lebih awal untuk menyelamatkan cabai yang masih hidup. Ini juga untuk menghindari kerusakan yang lebih masif, meski risikonya membuat harga jual jadi lebih rendah.
"Ya mau nggak mau sih, meski keuntungan sebenarnya dari cabai bisa Rp 30.000-34.000 per kg, tapi petani terpaksa panen dini cabai petik hijau yang harganya sekarang kurang dari Rp 5.000 per kg," jelasnya.
(rih/dil)