Pemuda Kulon Progo Kelola Server Luar Negeri, Berapa Penghasilannya?

Pemuda Kulon Progo Kelola Server Luar Negeri, Berapa Penghasilannya?

Jalu Rahman Dewantara - detikJateng
Rabu, 22 Jun 2022 08:45 WIB
Pria Kulon Progo ini kerap dikira pengangguran, padahal dia mengelola puluhan server di luar negeri.
Nurrohman, warga Kulon Progo yang bekerja mengelola server di luar negeri. Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng
Kulon Progo -

Nurrohman (33) warga Kalurahan Banyuroto, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sering disangka pengangguran lantaran lebih sering berdiam di rumah.

Ternyata, dari rumahnya itu dia bekerja mengelola puluhan server di luar negeri. Lantas, berapa penghasilannya?

Nurrohman mengatakan pada awalnya dia bekerja secara freelance. Dia mendapatkan order mengelola server saat ada event-event tertentu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau awal mula saya freelance itu per proyeknya ya sekitar SGD 100 (Dolar Singapura). Terus dapatnya waktu itu susah karena harus berjuang dengan orang-orang India yang punya skill lebih daripada saya dan saya cuma autodidak, jadi susah. Kadang-kadang sampai dua tiga bulan enggak dapat proyek seperti itu," kata dia saat ditemui di rumahnya, Selasa (21/6/2022).

Jika dirupiahkan, penghasilannya sekitar Rp 1 juta per proyek.

ADVERTISEMENT

Sedangkan sejak 2018 lalu, dia telah berhasil memegang kontrak dari sebuah perusahaan di Singapura. Penghasilannya kini rutin diterima tiap bulan.

"Mulai 2018 itu saya dapat kontrak dengan perusahaan di Singapura ya sekitar 350 SGD (Dolar Singapura)," ucap Nurrohman.

Menurut Nurrohman, dia sangat bersyukur dengan penghasilannya itu. Pendapatannya kini lebih stabil dibanding saat masih bekerja sebagai freelance.

Saat ini dia bertanggung jawab mengelola sekitar 50-70 server yang berada di luar negeri. Pekerjaan itu bisa dikerjakannya dari rumah.

Dia ternyata juga memiliki alasan khusus dalam memilih pekerjaan itu. Salah satunya adalah pendidikannya yang tidak begitu tinggi. Nurrohman merupakan lulusan sebuah SMK di Pengasih, Kulon Progo.

"Karena saya lulusan SMK saja, terus selama ini di Indonesia masih dibutuhkan ijazah dan saya enggak mempunyai ijazah pendidikan tinggi, jadi saya coba peruntungan di luar negeri. Di luar negeri itu kebanyakan dia enggak meminta apakah ijazah itu berpendidikan tinggi atau tidak, tapi yang diminta adalah kemampuan atau skill," ujarnya.

Namun, pekerjaan itu mengharuskan Nurrohman banyak berada di depan layar komputer. Dia menjadi jarang keluar rumah.

Tentu saja aktivitas ini berbeda dengan para pemuda di desanya yang pergi ke sawah tiap hari. Hal itu membuat tetangga banyak yang mengira dia menjadi pengangguran.

"Ya, sering banget itu (dikira pengangguran). Karena pertama enggak pernah keluar kerja. Kalau tetangga-tetangga lain kan keluar kerja bantu di sawah. Kalau saya mungkin cuman keliatan kalau pas tetangga datang ke rumah, kalau pas waktu tidur atau bermain pasti keliatan gak kerja," ujarnya sambil tertawa.




(ahr/ahr)


Hide Ads