Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) Nashir Efendi mengusulkan sejumlah opsi untuk mencegah kekerasan jalanan di Jogja.
"CCTV diperbanyak, di sekolah ada pembinaan, warga patroli. Ketegasan aparat dalam memberikan sanksi dan penyelidikan jaringan klithih juga perlu ditingkatkan," kata Nashir melalui keterangan tertulisnya, Rabu (6/4/2022).
Pernyataan Nashir itu merespons kasus kekerasan jalanan yang menimpa Daffa Adziin Albasith (18). Pada Minggu (3/4) dini hari, Daffa tewas akibat diserang sekelompok orang menggunakan benda tajam yang diduga gir di kawasan Gedongkuning, Jogja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"D (Daffa), pelajar SMA Muhammadiyah 2 Kota Jogja adalah kader aktif Pimpinan Ranting IPM di sekolahnya," ungkap Nashir. Menurut dia, kekerasan jalanan itu tidak bisa ditolerir dan tidak bisa dianggap sebagai kenakalan remaja biasa.
"Kejadian yang disebut klithih oleh masyarakat ini terus berulang dan memakan memakan korban jiwa. Ini perlu dianalisa secara seksama sekaligus dicari solusinya bersama-sama," ujarnya.
Selain menyoal kasus kekerasan yang menewaskan Daffa, Nashir juga menyoroti aksi kekerasan jalanan yang memilih korbannya secara acak tanpa latar masalah atau yang biasa disebut klithih.
"Untuk menindak tegas kasus ini, menangkap pelaku saja tidak cukup. Kelompok klithih ini sulit di-tracing karena ketika melakukan operasi mereka tidak menggunakan seragam atau simbol tertentu," katanya.
Nashir juga menyinggung lemahnya hukum ketika berhadapan dengan kasus klithih yang pelakunya masih pelajar atau di bawah umur.
"Pelaku masih usia sekolah, ini yang secara hukum jadi dilema. Jangan sampai celah hukum seperti ini membuka potensi untuk anak di bawah umur melakukan kekerasan. UU Perlindungan Anak membuat pelaku sedikit kebal dari hukum kriminal yang berlaku. Dibutuhkan upaya peninjauan kembali tentang UU ini," jelas Nashir.
Ketua Bidang Advokasi dan Kebijakan Publik PP IPM Mukhtara Rama menambahkan, kasus klithih perlu diteliti secara mendalam dan dicari akar permasalahannya.
"Ini fenomena yang cukup sistemik. Perlu adanya perubahan sistemik yang tentu menyangkut banyak pihak. Perlu jadi perhatian bersama, termasuk organisasi seperti IPM untuk mencari pendekatan terbaik, mengantisipasi berkembangnya kasus kekerasan seperti ini," kata Mukhtara.
(dil/sip)