Penataan Stasiun Wates, Belasan Pedagang Akan Dipindah

Penataan Stasiun Wates, Belasan Pedagang Akan Dipindah

Jalu Rahman Dewantara - detikJateng
Kamis, 24 Feb 2022 15:22 WIB
Belasan pedagang akan direlokasi terkait rencana penataan Stasiun Wates, Kulon Progo.
Belasan pedagang akan direlokasi terkait rencana penataan Stasiun Wates, Kulon Progo. Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng
Kulon Progo -

Belasan pedagang yang selama ini berjualan di depan Stasiun Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan direlokasi. Ini dilakukan menyusul adanya rencana penataan stasiun oleh PT KAI.

"Pada hari ini PT KAI melakukan sosialisasi penertiban atau penataan di kawasan Stasiun Wates, Kulon Progo. Dalam kegiatan ini PT KAI mencoba menyelesaikan terkait dengan rencana penataan di Stasiun Wates, di mana akan dilakukan pemindahan kurang lebih 13 pedagang yang ada di depan Stasiun Wates," ucap Manager Humas PT KAI Daop 6 Yogyakarta, Supriyanto, kepada wartawan, Kamis (24/2/2022).

Supriyanto menjelaskan penataan Stasiun Wates dilakukan seiring dengan kian ramainya stasiun tersebut setelah beroperasinya kereta api Bandara Yogyakarta International Airport (YIA).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam sehari KA bandara yang hilir mudik dari rute Jogja-Bandara YIA dan berhenti di Stasiun Wates mencapai 20 rangkaian.

Selain itu, penataan juga dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya kereta jarak jauh yang berhenti di stasiun tersebut. Sehingga jumlah penumpang yang dilayani stasiun ini kian bertambah, hingga 1.090 orang per harinya.

ADVERTISEMENT

Karena itu, penataan mendesak dilakukan agar menambah kenyamanan penumpang.

"Karena saat ini sudah ada kereta api Bandara YIA, sudah ada KA jarak jauh yang berhenti di Stasiun Wates, sehingga perlu wajah Stasiun Wates yang menarik, indah dan penumpang-penumpang yang datang dari mana-mana ke Kulon Progo, melalui Stasiun Wates menjadi terkesan baik," ucapnya.

Supriyanto menjelaskan kegiatan sosialisasi terkait penataan Stasiun Wates terhadap pedagang sudah dilaksanakan sejak Januari 2022. Bersamaan dengan itu pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Pemkab Kulon Progo, untuk merealisasikan program tersebut.

"Sebelumnya sudah kita lakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk penataan PKL yang ada di depan Stasiun Wates tersebut," ujarnya.

Adapun untuk biaya pembongkaran serta mengangkut bekas bongkaran, KAI Daop 6 Yogyakarta memberikan bantuan dana kepada pemilik kios tersebut.

Pedagang Keberatan Relokasi

Program penataan Stasiun Wates ini mendapat beragam respons dari para pedagang. Ada yang mendukung, tapi tak sedikit yang keberatan karena belum jelasnya lokasi baru bagi mereka.

Salah satu yang keberatan adalah Utami Budi Wiharti (43). Ia mengaku tetap ingin berjualan di Stasiun Wates setidaknya sampai ada kejelasan soal lokasi baru.

"Kalau dari kami sih setuju, mau ditata seperti apa, mau dibikin sebagus apapun kita mendukung. Cuman kita minta dikasih kesempatan dan tempat, untuk tetap berkegiatan perdagangan di depan Stasiun Wates," ucap perempuan yang akrab disapa Tami tersebut.

Tami mengaku belum tahu soal lokasi baru bagi para pedagang pasca-digusur nanti. Sejauh ini baik pihak KAI maupun Pemkab Kulon Progo baru mengajukan dua usulan lokasi, yakni Pasar Sentolo Baru dan Pasar Bendungan lantai 2.

"Kemarin belum dikasih alternatif tempat, terus Disperindag mengundang kami sama kereta api juga sosialisasi mau memindahkan kami ke Pasar Sentolo baru sama Pasar Bendungan lantai 2. Jadi kita ada 2 pilihan itu," ucapnya.

Terhadap dua usulan itu, Tami menyatakan bahwa pedagang kurang setuju. Sebab lokasinya jauh, dan kurang representatif. Terlebih di Pasar Sentolo Baru.

"Kalau kami sih menginginkan tetap di sini, karena kami kan pelanggannya di sini, jualannya di sini, kalau di sana (Pasar Sentolo Baru), kemarin saya sudah survei ke sana itu, pedagang yang di Pasar Sentolo Baru itu bilang 8 tahun di sana itu masih sepi. Malah sebagian besar kembali ke pasar lama," ujarnya.

"Kalau di Pasar Bendungan atas kan sekarang masih sepi, kalau ke depannya mungkin nanti ramai, kalau saat ini kan (sepi), sementara penghasilan kami satu-satunya kan dari sini, tidak ada penghasilan lain. Kalau di sana belum karuan payu (laku)," sambungnya.

Tami sendiri sudah bertahun-tahun membuka warung di sekitar Stasiun Wates. Selama itu pula ia merasakan telah digusur beberapa kali, dari yang semula lapaknya di dalam kawasan stasiun, pindah keluar dan menetap di depan stasiun.

"Karena kita kan dari dulu, sejarahnya digusur ini, sudah yang keempat kalinya. Ini yang keempat. Jadi dari dulu pihak kereta api menjanjikan, mau membangunkan (lapak) dalam stasiun yang pertama dulu, sampai sekarang tidak ada realisasi dari kereta api, karena alasan tidak cukup ruang buat kami. Tapi kalau buat lain-lainnya kan itu ada paket, ada ATM ada ruang. Kalau buat kami kok alasannya tidak ada ruang," ujarnya.




(ahr/rih)


Hide Ads