Meski Malioboro sedang ramai wisatawan karena bertepatan dengan hari libur nasional Tahun Baru Imlek, Selasa (1/2/2022), para pedagang kaki lima (PKL) di ikon wisata Kota Jogja itu mulai pindah ke Teras Malioboro 1 (eks Bioskop Indra) dan Teras Malioboro 2 (eks Dinas Pariwisata DIY).
"Hari ini mulai pindah. Ada kotak gerobaknya masukkan ke sini. Mau dilas buat rangkaian agar aman. Jualannya masih sama, aneka tas dari kulit dan rotan," kata Daldini, salah seorang PKL Malioboro yang kini menempati Teras Malioboro 2.
Saat ditemui detikJateng, lelaki 65 tahun itu membawa sejumlah besi untuk mengamankan lemari gerobak dagangannya. Dia mengatakan, lemari gerobak yang ia gunakan berjualan di Malioboro mesti diperkecil. Sebab, jatah lapak yang ia dapatkan saat ini juga sempit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi lemari gerobak dagangannya harus menyesuaikan. Tidak masalah lebih sempit, yang penting ditata saja," katanya. Menurut Daldini, Teras Malioboro 2 yang ditempatinya sekarang ini hanya sementara, beberapa tahun saja. Dia percaya Pemda DIY akan mencarikan tempat baru lagi. "Paling tidak, dapat yang seperti Teras 1," katanya.
![]() |
Pedagang lain di Teras Malioboro 2, Toni (56), mengatakan ukuran lapak yang ia dapatkan berukuran 1,2 x 1,2 meter. Sedangkan lapak lamanya di Malioboro berukuran 1,25 x 1,25 meter. "Ya lebih sempit. Makanya, hari ini setting tempat dulu," katanya.
Hal yang sama dilakukan pedagang di Teras Malioboro 1, Benyamin (60). "Nanti kalau sudah selesai (memindahkan dagangan) segera buka, mungkin besok. Hari ini libur dulu," kata Benyamin.
Lapak Benyamin juga lebih sempit dari tempat dia sebelumnya di Malioboro. Sehingga dia tidak bisa membawa seluruh dagangannya. "Cuma cukup buat satu orang dan satu kotak (lemari). Lebih sempit. Kalau dagangannya dibawa semua nggak muat," katanya.
Setelah menempati Teras Malioboro 1, Benyamin khawatir apakah dagangannya masih akan laku. "Harapannya tetap bisa laku. Kan kebiasaan kalau dipindah itu susah (lakunya)," ujarnya.
Senada diutarakan pedagang sandal khas Jogja di Teras Malioboro 1, Eko Budiyono (49). "Memang lapaknya lebih bagus, tapi lebih sempit. Cuma laku dan ramainya kita belum tahu. Tugas pemerintah mempromosikan tempat ini supaya ramai seperti di Malioboro," kata Eko yang menata dagangannya sejak pagi.
Di tempat barunya, Eko mendapat jatah lapak sekitar 60 x 70 centimeter. "Di Malioboro dulu ada sekitar 1 x 1 meter," ujarnya. Dulu, Eko bisa mengantongi Rp 1 juta per hari jika Malioboro sedang ramai wisatawan.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM (Dinkop UKM) DIY Srie Nurkyatsiwi menjelaskan Teras Malioboro 1 ada sekitar 799 pedagang, dan di Teras Malioboro 2 ada 1.000 lebih pedagang. Totalnya ada 1.836 pedagang di dua lokasi tersebut. Pindahan para PKL dari Malioboro itu bertahap sampai 7 Februari mendatang.
"Mereka tidak mungkin bersama-sama pindah. Diatur supaya jangan sampai penuh sesak. Saat mereka masuk kan nggak sendiri, ada teman ngangkut, bareng-bareng nata kan gitu," kata Siwi di Teras Malioboro 1.
Soal lapak pedagang yang lebih sempit, Siwi membenarkan hal itu. Namun, menurut dia, tempat relokasi ini lebih nyaman. Legalitas PKL juga terjamin.
"Jauh lebih sempit itu, dalam arti, tinggal bagaimana penataannya. Penataan saat mereka kemarin nggelar dagangane beda. Kalau ini kan dari sisi tempatnya mereka sudah legal, tidak dioyak-oyak (dikejar-kejar), tidak kehujanan, ini mesti ada plus minusnya," katanya.
Siwi menambahkan, pihaknya akan menggencarkan promosi agar PKL di dua tempat relokasi itu tetap laris. Selain promosi secara online, Siwi berujar, juga akan diadakan atraksi-atraksi budaya untuk menarik pengunjung.
"Saat menjual secara online, apa fasilitasnya, salah satu strateginya ada free ongkir, kita arahkan ke sana," jelasnya.
Siwi juga membenarkan kalau Teras Malioboro 2 masih shelter sementara untuk 2 tahun. Selama waktu itu, Pemda DIY akan mencarikan tempat yang permanen untuk pedagang dan dibangun sebagus Teras Malioboro 1. "Kita berusaha target 2 tahun. Moga-moga bisa cepat sambil menyiapkan," kata Siwi.
(dil/ahr)