Siaga Lur, Radius Bahaya Gunung Merapi Bertambah

Siaga Lur, Radius Bahaya Gunung Merapi Bertambah

Jauh Hari Wawan S. - detikJateng
Rabu, 26 Jan 2022 19:38 WIB
Erupsi Merapi siang ini, awan panas meluncur sejauh 2,5 kilometer, Jumat (7/1/2022).
Erupsi Merapi, awan panas meluncur sejauh 2,5 kilometer, Jumat (7/1/2022). (Foto: dok BPPTKG)
Sleman -

Topografi lereng Gunung Merapi di sisi barat daya berubah seiring dengan banyaknya kejadian guguran lava dan awan panas guguran. Badan Geologi Kementerian ESDM mengubah rekomendasi bahaya Gunung Merapi di sisi selatan-barat daya yang meliputi tiga alur sungai dari awalnya 5 kilometer menjadi 7 kilometer.

Gunung Merapi telah memasuki fase erupsi sejak tanggal 4 Januari 2021 ditandai dengan munculnya kubah lava di tebing puncak sektor barat daya dan di tengah kawah. Saat ini fase erupsi Merapi sudah berlangsung lebih dari satu tahun dengan sifat erupsi efusif berupa pertumbuhan kubah lava dan pembentukan guguran lava dan awan panas.

"Seiring dengan perkembangan aktivitas erupsi saat ini dan potensi bahayanya, maka perlu ada pemutakhiran rekomendasi bahaya kembali," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono dalam keterangan tertulis yang diterima detikJateng, Rabu (26/1/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Eko menjelaskan pemutakhiran rekomendasi bahaya itu dilakukan setelah mengamati kondisi dua kubah lava Gunung Merapi. Saat ini kubah lava tengah kawah dan barat daya terus tumbuh dengan laju rata-rata masing-masing sebesar 5.000 meter kubik per hari dan 10.000 meter kubik per hari.

Berdasarkan data tanggal 20 Januari 2022, volume kubah tengah kawah terhitung sebesar 3.007.000 meter kubik dan kubah lava barat daya sebesar 1.670.000 meter kubik.

ADVERTISEMENT

"Hasil analisis data drone dan kamera DSLR menunjukkan kondisi kedua kubah lava dan tebing-tebing puncak sekitarnya masih stabil. Rockfall (RF) dan awan panas guguran (APG) saat ini bersumber di bagian atas kiri kubah lava barat daya yang merupakan pusat ekstrusi magma saat ini," urainya.

Dari kejadian awan panas guguran dan guguran lava itu, terjadi perubahan topografi di hulu-hulu sungai sektor barat daya akibat penumpukan material guguran dan awan panas. Eko menyampaikan, perubahan topografi lereng akibat aktivitas erupsi berpengaruh kepada potensi bahaya guguran dan awan panas berikutnya.

"Untuk itu perlu dilakukan pemutakhiran penilaian bahaya guguran dan awan panas menggunakan data topografi terbaru. Intensitas data pemantauan seismik internal (VT dan MP) dan deformasi dalam fase erupsi ini cukup signifikan namun tidak meningkat secara menerus. Ekstrusi magma diperkirakan masih akan berlangsung dengan tipe erupsi cenderung bersifat efusif," ucapnya.

Eko melanjutkan, dengan menggunakan data topografi terbaru hasil pemodelan menunjukkan apabila kubah lava barat daya longsor secara masif, maka akan menimbulkan awan panas guguran ke Sungai Bedog, Bebeng, Krasak sejauh maksimal 6,3 kilometer dan ke Sungai Boyong sejauh 3,9 kilometer.

Untuk kubah lava tengah, apabila longsor secara masif, maka awan panas guguran ke arah Sungai Gendol akan mencapai jarak 5 kilometer dan ke Sungai Woro sejauh 3 kilometer.

Oleh karena itu, potensi radius bahaya Gunung Merapi kemudian diubah. Terutama pada sektor barat daya yang saat ini ditetapkan radius bahaya sejauh 7 kilometer dari puncak yang meliputi aliran Sungai Bedog, Krasak, Bebeng.

"Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 kilometer. Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol 5 kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak," urainya.

Status Gunung Merapi Siaga

Badan Geologi meminta masyarakat agar tidak beraktivitas di daerah potensi bahaya tersebut dan mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Merapi.

"Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat Siaga," tegasnya.

Pihaknya juga meminta agar Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten agar menindaklanjuti perubahan potensi ancaman erupsi Merapi yang terjadi saat ini dalam upaya mitigasi bencana termasuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang bermukim dan beraktivitas dalam KRB III.




(sip/sip)


Hide Ads