Batang terus melaju menjadi pusat industri baru di Indonesia dengan mengusung konsep 'Batang Clean Industrial City'. Bupati Batang, M Faiz Kurniawan, pun menargetkan pertumbuhan industri harus sejalan dengan pelestarian lingkungan dan kualitas hidup masyarakat.
Faiz menjelaskan transformasi Batang sebagai kawasan industri terlihat dari perubahan struktur ekonomi masyarakat.
"Dulu Batang itu sebagian besar nelayan dan petani dan salah satu trigger pertumbuhan ekonominya ya petani, nelayan sama industri pengelolaan, dalam hal ini UMKM dan lain sebagainya. Sekarang arah ekonomi sudah berubah, tumbuh pesat dengan hadirnya kawasan industri, ujar Faiz saat berbincang dengan detikJateng di kantornya, Jumat (18/7/2025).
Kawasan Industri Terpadu Batang (KIT B) di Gringsing pun digadang menjadi magnet investasi nasional. Dengan luas 4,5 ribu hektare, KIT B kini ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang oleh Presiden Prabowo Subianto.
"Kita punya tiga, KEK industri, KEK properti dan turisme dan KEK logistik. Saat ini sudah ada sekitar 8 pabrik yang berdiri berdiri di sekitar 400 hektar KIT B yang lainnya sedang proses konstruksi dan tahun depan bisa bertambah menjadi 12 sampai 15 pabrik," ungkap Faiz.
Selain KIT B, Batang juga memiliki Batang Industrial Park (BIP) di Kecamatan Tulis yang turut mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam 3-4 tahun ke depan, KEK Batang ditargetkan menyerap investasi lebih dari Rp 60 triliun.
"Dengan adanya trigger pertumbuhan industri ini banyak investasi masuk dan Alhamdulilah tercermin pertumbuhan ekonominya yang mencapai 6,03% pada 2024, di atas rata-rata nasional dan provinsi," ujar Faiz.
Dorong Pertumbuhan Industri Berwawasan Lingkungan
Faiz pun menargetkan industrialisasi di Batang jangan sampai mengorbankan lingkungan. Faiz menilai ada tantangan agar Batang tetap tumbuh secara modern dengan industrinya, tetapi juga tetap mewariskan kualitas hidup yang baik bagi masyarakat dan generasi penerus yang akan datang.
"Kita bangun sebagai Batang Clean Industrial City, di mana industri berjalan tapi kualitas udara, air tanah, dan lingkungan tetap terjaga. Masyarakat pun harus tetap sehat dan punya kualitas hidup yang baik," tuturnya.
Faiz mengatakan pihaknya tengah menyusun Perda investasi berbasis Environmental, Social, Governance (ESG), yang mewajibkan setiap pabrik menyusun dan menyerahkan laporan tahunan ESG. Lewat perda itu nantinya pengelola industri wajib menjalankan kegiatan yang ramah lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan yang baik.
"Kemudian bagaimana penurunan kualitas udara dengan adanya semakin banyaknya industri. Karena apapun itu industri selalu mengeluarkan NOx (nitrogen oksida) dari hasil emisinya, salah satu menjadi kajian itu," kata Faiz.
"Jadi Batang yang adaptif terhadap pertumbuhan ekonomi, adaptif terhadap investasi, adaptif terhadap industrialisasi, tetapi tetap menjadi daerah yang bersih, lingkungannya terjaga, kualitas udaranya baik, sumber airnya terjaga, pengelolaan limbah yang baik," katanya.
Pemkab Batang pun melarang keras penggunaan air tanah untuk industri.
"Seperti di BIP, airnya disediakan oleh PDAM. Sedangkan di KIT B menggunakan reservoir yang dibangun dari Kementerian PUPR. Tahun depan dengan meningkatnya pertumbuhan industri, pembangunan bendungan di Gringsing akan dimulai," ujar Faiz.
Sedangkan untuk pengelolaan sampah, saat ini sedang dibangun Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST), berkapasitas 30 ton per hari di dalam kawasan industri dan dirancang juga TPST Sentul di Gringsing yang berkapasitas 125 ton per hari.
"Kita akan bangun mekanisme pengolahan limbah yang menghasilkan manfaat ekonomi," ucapnya.
Ia mencontohkan limbah pembakaran batu bara atau fly ash dan bottom ash (FABA), limbah PLTU Batang saat ini dimanfaatkan diolah menjadi paving block oleh perusda.
Tak hanya itu, CSR perusahaan juga akan diatur. Dari yang hanya sekadar donasi menjadi tanggung jawab berbasis emisi.
"CSR berbasis emisi. Jadi kita ingin merubah, dimana CSR selama ini charity amal baik, kita akan mengubah CSR yang bertanggung jawab lingkungan dan sosial. Untuk CSR ini akan kita atur dalam perbup termasuk standarisasinya," jelas Faiz.
Sedangkan dari sisi sosial, Pemkab Batang mewajibkan perusahaan merekrut minimal 70 persen tenaga kerja dari warga lokal. Pihaknya pun meluncurkan program pelatihan Daker (Dapat Kerja) untuk mengakomodasi hal ini.
"Itu bukan program pelatihan kerja, tapi program yang terintegrasi, kita dapat dari lowongan disampaikan standarnya apa lalu kita buat pelatihan. Selesai pelatihan di rekrut sama yang memberikan lowongan jadi tidak terputus," ucapnya.
"Tahun ini, 2 ribu orang sudah dilatih, tahun depan targetnya 5 ribu. Kita optimistis bisa kurangi 28 ribu pengangguran dalam lima tahun," jelas Faiz.
Saat ini pihaknya tengah menata ruang terbuka hijau yang terus diperluas dan ditata. Alun-alun Batang dilakukan penataan. Tahun depan akan dibangun sentra food court agar PKL bisa berjualan dengan tertib.
Faiz pun berharap konsep 'Batang Clean Industrial City' bukan sekadar slogan. Dia yakin target itu adalah arah baru pembangunan menjadi kota industri yang tetap sehat, hijau, dan manusiawi.
"Industri tetap berjalan, tapi kualitas hidup harus tetap terjaga. Kita ingin perekonomian meningkat, namun mewariskan lingkungan yang layak untuk anak cucu," pungkas Faiz.
Simak Video "Video: Geger Penemuan Mayat Pria Tanpa Kepala-Kaki di Padang Pariaman"
(afn/afn)