Pertamina Bangkitkan Pembatik Difabel Go Internasional Lewat Sriekandi Patra

Pertamina Bangkitkan Pembatik Difabel Go Internasional Lewat Sriekandi Patra

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Jumat, 18 Jul 2025 20:56 WIB
Pelaksanaan Sriekandi Patra di Kabupaten Boyolali
Pelaksanaan Sriekandi Patra di Kabupaten Boyolali (Foto: dok. Pertamina)
Semarang -

PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah menegaskan komitmennya terhadap pemberdayaan penyandang disabilitas melalui program inklusif bertajuk 'Sriekandi Patra'. Program ini tak hanya memberikan pelatihan keterampilan, tapi juga mengantar difabel menuju kemandirian ekonomi, dan sosial.

Area Manager Communication, Relations, dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah, Taufiq Kurniawan mengatakan Sriekandi Patra hadir karena banyak penyandang disabilitas di wilayah ring 1 Pertamina yang tidak memiliki akses pendidikan maupun keterampilan dasar.

"Banyak dari mereka yang disembunyikan oleh keluarganya dan tidak diakui oleh keluarganya karena tidak dibuatkan akta kelahiran, KTP, maupun masuk dalam Kartu Keluarga (KK)," kata Taufiq saat dihubungi detikJateng, Jumat (18/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Taufiq mengatakan para disabilitas ini awalnya sulit diajak bergabung karena merasa minder. Namun, akhirnya keluarga peserta mengizinkan dan mereka mulai berani bergabung dengan program inklusif Pertamina ini.

"Awalnya mereka susah diajak bergabung karena mengalami mental block. Namun setelah proses pendekatan yang cukup panjang, akhirnya keluarga memberikan izin untuk mengikutsertakan anaknya atau keluarganya yang penyandang disabilitas, untuk ikut dalam pelatihan membatik," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Program ini berawal pada tahun 2018 saat Pertamina mengutus seorang difabel yang akrab dipanggil Mbak Yuni, untuk mengikuti pelatihan membatik di Jogja. Sepulangnya ke Boyolali, Yuni langsung menularkan ilmunya ke difabel lain di Desa Tawangsari dan sekitarnya. Dari sinilah kelompok Sriekandi Patra terbentuk.

"Saat ini kelompok Sriekandi Patra telah memasuki fase kemandirian, kelompok sudah terbentuk lebih dari lima tahun, sehingga sudah tidak mendapatkan bantuan dana dari CSR kami," kata Taufiq.

Kendati telah memiliki workshop sendiri, peralatan membatik, bahan, dan modal usaha, pendampingan dan monitoring tetap dilakukan setiap tiga bulan sekali. Hal ini untuk memastikan keberlangsungan kegiatan.

"Mereka bahkan telah bekerja sama dengan berbagai stakeholder. Sriekandi Patra kini menyediakan paket edukasi membatik untuk anak sekolah, memproduksi oleh-oleh khas Boyolali, hingga kolaborasi dengan desainer," jelas Taufiq.

Pertamina pun menargetkan agar Sriekandi Patra tak hanya berkembang secara lokal, tapi juga mampu menembus pasar internasional.

"Kami berharap kualitas dan kuantitas batik tulis Sriekandi Patra bisa memenuhi pasar ekspor. Untuk itu, kami terus mendorong inovasi dan kreatifitas mereka," ujarnya.

Program Sriekandi Patra sendiri merupakan bagian dari inisiatif besar program Difablepreneur, yang mencakup lebih dari 500 penyandang disabilitas di Boyolali. Selain Sriekandi Patra yang fokus pada kerajinan batik, ada pula Kresna Patra yang berfokus pada menjahit dan Difabel Ampel yang fokus pada layanan antar BrightGas.

Difablepreneur juga mengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Difabel untuk menjawab persoalan pendidikan formal bagi difabel yang putus sekolah. Kolaborasi pun terjalin erat dengan Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Dinas Ketenagakerjaan, BPJS, hingga sektor swasta seperti PT Pan Brothers dan PT Hop Lun untuk penempatan kerja bagi penyandang disabilitas di bidang industri garmen.

Hasilnya, kelompok Kresna Patra kini mampu mencetak pendapatan Rp 167 juta per bulan, dengan penghasilan individu difabel mencapai Rp 2 juta per bulan. Program ini bahkan telah meraih berbagai penghargaan, mulai dari Global CSR Awards hingga Zero Project UN 2025.

"Harapannya kelompok dapat mampu mengembangkan lagi ide-ide kreatifitasnya terkait batik hingga kualitas dan kuantitas batik tulisnya, sehingga kami berharap batiknya dapat menembus pasar internasional dan memiliki mitra pemasaran internasional yang berkelanjutan," harapnya.

Sriekandi Patra menjadi bukti nyata jika keterbatasan bukanlah akhir. Dengan ruang yang inklusif dan pendampingan yang tepat, para difabel bisa tumbuh, mandiri, dan menjadi pelaku ekonomi kreatif yang membanggakan.




(ams/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads