Sebuah distro yang berada di Kabupaten Pati, Jawa Tengah ini tidak pernah sepi pembeli. Apalagi musim usai Lebaran banyak pemudik yang memburu kaus bertuliskan kata-kata logat atau dialek khas Pati.
Pantauan detikJateng, distro yang berada di Desa Winong RT 3 RW 2 Nomor 29 Pati ramai pengunjung. Mereka mencari kaus yang bertuliskan logat khas Pati. Pati sendiri dikenal memiliki bahasa logat yang unik. Seperti patiem yang berarti patimu hingga kata 'gagego' yang berarti ayo buruan.
Kaus itu pun menjadi buruan warga yang merantau dan saat pulang ke Pati. Mereka mencari kaus yang mengusung kenali Pati-em atau Pati-mu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu pembeli Rinto asal Jakarta mengaku sengaja datang ke distro kaus Pati oblong bersama anak dan istrinya. Rinto mengaku mencari kaus untuk mengobati rasa rindu daerahnya asal Pati. Dia pun waktu itu membeli 5 kaus untuk dirinya, istrinya, dan anak-anaknya.
"Kalau saya pulang pasti ke sini. Kebetulan ini saya pulang ke Pati untuk mengobati rasa kangen saya coba mengecek online bukan yang ini, jadinya kalau pulang ke Pati pasti carinya kaus oblong Pati. Anak-anak saya dari kecil sampai dewasa juga carinya kaus khas Pati," kata Rinto kepada detikJateng, Kamis (18/4/2024).
![]() |
Rinto mengaku mencari kaus yang bertulis kata-kata khas Pati. Seperti kata 'gagego', 'piye leh', dan 'mboh ora roh'. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia ayo buruan, kenapa, dan aduh tidak tahu.
"Paling suka gagego, piye leh, mboh ora roh, gonem itu kata-kata khas Pati," ujarnya.
Rinto sudah berlangganan di kaus oblong Pati sejak belasan tahun lalu. Menurutnya kualitas kaus khas Pati tidak mudah melar dan luntur. "Kualitas bagus, sampai sekarang tidak melar, saya punya sudah 10 tahun masih bagus, warna tidak luntur," ungkap Rinto.
Pemilik Kios Cinderamata Kaus Khas Pati Fatmi Nurjanah (52) mengakui adanya peningkatan selama libur lebaran tahun 2024 ini. Biasanya dia mampu menjual 2.000 kaus, kini bisa menjual sampai 4.000 kaus selama lebaran ini.
"Banyak yang mencari kaus khas Pati, naiknya sudah 100 persen, kemarin pertengahan Ramadan baru 50 persen. Tapi ini setiap hari ada. Jakarta, Bekasi, Jawa Barat, Kalimantan, Pontianak, Jambi juga ada," kata Fatmi kepada detikJateng di lokasi.
Fatmi menjelaskan banyak pembeli datang dari luar Pati. Mereka yang warga Pati untuk mengobati kangen, saat pulang ke Pati membeli oleh-oleh kaus khas Pati.
'Yang dicari untuk oleh-oleh mereka cari ada tulisan Pati, seperti Pati sakpore, Pati pesantenan, tapi dari sini tinggal di luar daerah seperti logatnya, seperti Gagego, piye leh, ora roh, gonem, wekem," jelas Fatmi.
![]() |
Fatmi juga menyediakan pembayaran secara digital yakni melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) Bank Rakyat Indonesia (BRI). Bahkan sebagian besar, kata dia pembeli kebanyakan membayar secara digital daripada tunai. Sedangkan harga kausnya mulai Rp 130 ribu sampai dengan Rp 145 ribu.
"Harga sekitar Rp 130 ribu sampai dengan Rp 145 ribu, yang ukuran size besar. Kualitasnya kain, saya tetap dan bertahan. Kita mengikuti pasar, mengikuti masa seperti sekarang," tambah Fatmi.
"Kalau pembayaran malahan banyak pakai QRIS, zaman sekarang yang beli anak muda, kalau tidak orang jauh, pasti banyak pakai QRIS," Fatmi melanjutkan.
Dihubungi secara terpisah Manajer Bisnis Mikro BRI Brand Office Pati Novi Ristanto membenarkan adanya kerja sama dengan UMKM kaus oblong Pati. Yakni berupa bantuan alat untuk melakukan transaksi secara digital. Novi menyebut sudah ada 11.519 QRIS yang dibagikan kepada pelaku UMKM di Pati.
"Total QRIS BRI sampai dengan April 2024 sebanyak 11.519," kata Novi kepada detikJateng.
(apl/apl)