Kaus yang bertuliskan logat khas Kabupaten Pati, Jawa Tengah menjadi buruan warga untuk oleh-oleh hingga menjadi obat kangen dengan kota kelahirannya. Bahkan momen lebaran ini kaus logat Pati meningkat bisa menjual ribuan pieces (pcs).
Pembeli bisa mencari kaus oblong ini ke distro yang berada di RT 3 RW 2, Desa Winong, Kecamatan Pati. Pemiliknya adalah Fatmi Nurjanah (53).
Pantauan detikJateng ke distro tersebut, ada beberapa warga yang datang berkunjung. Tampak mereka sedang memilih kaus yang bertuliskan logat Pati. Ada beberapa tulisan logat Pati seperti 'piye leh' yang memiliki arti bagaimana, lalu ada 'gagego' yang berarti 'ayo, hingga 'mbuh ora ndenger' atau memiliki arti 'ya nggak tahu'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain tulisan logat, kaus milik Fatmi ini juga bergambar tempat wisata atau bersejarah di Pati. Tujuannya untuk mengenalkan Pati ke masyarakat luas.
Salah satu pembeli, Hanafi mengaku sengaja datang untuk mencari oleh-oleh untuk saudaranya yang ada di Surabaya. Dia sering datang ke kaus oblong bersama keluarganya hanya sekadar mencari oleh-oleh untuk keluarga dan saudaranya.
"Ini tadi saya mencari kaus khas Pati, tulisnya logat Pati, bisa jadi obat kangen untuk keluarga dan saudara yang di luar Pati," jelas Hanafi kepada detikJateng ditemui di lokasi, Minggu (23/3/2025).
Pemilik kaus oblong khas Pati, Fatmi menjelaskan pesanan kaus bertuliskan logat dan tempat bersejarah di Pati mulai ramai pembeli. Menurutnya pesanan datang untuk reunian hingga oleh-oleh saudaranya di luar Pati.
"Untuk sementara yang sudah masuk pesanan dari ya kelompok untuk reuni dan halal-bihalal, mungkin untuk H-7 biasanya orang keluar dari Pati itu bawa oleh-oleh untuk keluarga di sana," jelas Fatmi kepada detikJateng ditemui di lokasi.
Menurutnya kaus yang ia jual memiliki desain yang berbatas. Sebab dia hanya mencetak dua kali saja. Sehingga tidak ada kaus yang sama. Selain itu pula tulisan logat hingga tempat bersejarah di Pati menjadi khas kaus ini.
"Sehingga tidak banyak yang sama. Kemudian cari desain tema klasik, kemudian logat Pati, kuliner, sama situs yang ada di Pati," jelas Fatmi.
Lebih lanjut untuk tulisan logat khas Pati yang terdapat di kaus seperti piye leh, gagego, delalah, sak karepem, mbuh ra roh.
![]() |
"Jadi pas pada mudik itu kan pada ngobrol kita catat ini logat Pati. Karena logat Pati kota dengan pinggiran ada yang berbeda," dia melanjutkan.
Fatmi mematok harga kaus bervariasi. Mulai dari Rp 130 ribu sampai Rp 150 ribu, untuk anak-anak Rp 95 ribu. Tergantung ukuran pendek dan lengan panjang. Dia mengaku saat musim lebaran dan mudik bisa menjual 1.000 sampai 4.000 pcs.
Untuk mempermudah pembayaran, Fatmi telah menyediakan QRIS Bank Rakyat Indonesia atau BRI. Sebab menurutnya beberapa pembeli memilih membayar lewat QRIS BRI daripada membayar tunai.
"Dulu sebelum pandemi itu banyak ya. Kami stok 4.000, tetapi setelah pandemi kita turun paling 2.000-an. Semoga nanti ramai pemudik," jelasnya.
Dikutip dari laman resmi BRI, QRIS ini adalah solusi pembayaran digital dari BRI yang mempermudahkan merchant menerima pembayaran dengan metode QR Code. Manfaatnya lebih efisien dan efektivitas transaksi memangkas waktu antrian dan mempercepat pembayaran.
Terpisah Manager Mikro BRI Brand Office Pati, Novi Ristanto menjelaskan jumlah pelaku UMKM yang menyediakan QRIS mencapai ribuan yang aktif hingga saat ini. "Kalau di mikro ada 9.475 QRIS aktif," jelasnya kepada detikJateng.
(ahr/rih)