Sebelum Dibunuh Rekan Kerja, Pegawai BPS Malut Ingin Pindah ke Magelang

Eko Susanto - detikJateng
Kamis, 14 Agu 2025 19:24 WIB
Foto: Pelaku pembunuhan pegawai BPS di Halmahera Timur, Maluku Utara (dok. Istimewa)
Magelang -

Sebelum tewas dibunuh rekan kerjanya, pegawai Badan Pusat Statistik (BPS) Halmahera Timur, Maluku Utara, yang berinisial KLP alias Tiwi (30) disebut ingin pindah tugas ke Magelang, kampung halamannya. Hal itu disampaikan oleh orang tua Tiwi di Magelang.

"Waktu Lebaran bawa satu koper buku. Katanya sebelum pindah dia mau buat perpustakaan (di sana)," kata ayah Tiwi, Karyanto (62) saat ditemui wartawan di Kedungsari, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, Kamis (14/8/2025).

"Dia kan sudah di sana 6 tahun sampai 7 tahun. Sebelum pindah itu, dia ingin meninggalkan suatu kenangan di sana untuk anak-anak remaja itu agar gemar membaca," sambungnya.

Menurut Karyanto, Tiwi pernah mengajukan pindah tugas ke Magelang. Namun, dia belum diizinkan karena masih dibutuhkan di BPS Halmahera Timur.

Karyanto mengaku mengetahui putrinya meninggal setelah ada rekan kerja yang menghubungi pada Rabu (30/7) lalu. Rekan kerja itu menanyakan keberadaan Tiwi.

Saat itu Karyanto mengatakan jika Tiwi tidak sedang mudik ke Magelang. Dia lalu menyarankan agar dicari di rumah dinasnya.

"Saya suruh dobrak (pintu kamar). Setelah didobrak tercium bau. Kami diberitahu dia sudah tiada sekitar jam 2-an. Tolong disucikan di sana, dikafani, tolong disalatkan," ujar Karyanto.

Pada Kamis (31/7) pagi, salah satu rekan kerja Tiwi mengabarkan jika permintaan agar jenazah disucikan belum bisa dipenuhi karena harus dibawa ke Ternate.

"Jenazah bisa diterbangkan turun ke Surabaya. Dari Surabaya ke sini (jalur darat). Sampai sini jam 11 malam perwakilan BPS sana mengantarkan, langsung kita makamkan (1 Agustus)," ucap Karyanto.

"Kami menyerahkan kepada kepolisian maupun kejaksaan, sudah masuk ranah hukum. Tolong itu dilakukan pengadilan yang seadil-adilnya sesuai dengan hukum yang berlaku. Kami mengucapkan terima kasih kepada kepolisian yang sudah membongkar kasus ini," imbuhnya.

Karyanto mengaku terakhir berkomunikasi dengan Tiwi pada Juli lalu. Dia bilang Tiwi lebih sering berkirim kabar kepada ibunya, Listiawardani (61).

"Terakhir ibunya menghubungi tidak nyaut, chattingan tanggal 21 Juli membalas, tapi ditelepon nggak diangkat," ujar dia.

"Kalau kerja lembur telepon rumah (jam 1 dini hari), sini jam 11 malam. Bilangnya rumah dekat. Kalau ada apa-apa pasti menghubungi. Tapi, ini tidak ada sama sekali, di luar dugaan kami. Sejak awal menerima berita ini, saya lego, semua nggak perlu disesali yang hidup pasti akan mati," sambung Karyanto.

Keluarga pun tak menyangka akan kejadian tersebut. Tiwi pun terakhir berkirim foto pada Lebaran.

"Tanggal 1 Mei, Tiwi kirim foto (pakai kerudung) terakhir setelah Lebaran. Kerudung itu saya yang membelikan," ujarnya.


Karyanto mengenang puteri sulungnya merupakan pekerja keras. Dia mengenyam pendidikan di sekolah favorit di Kota Magelang. Kemudian setelah lulus dari SMAN 1 Kota Magelang melanjutkan di Politeknik Statistika Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS).

"Kalau pekerjaan belum selesai, dia belum bisa meninggalkan kantor. Kadang sampai jam 1 malam," ujar dia.

Dilansir detikSulsel, pegawai BPS Halmahera Timur, Aditya Hanafi (27) nekat membunuh rekan kerjanya, Karya Listianty Pertiwi alias Tiwi (30) gegara tidak dipinjami uang Rp 30 juta. Pelaku mencari pinjaman uang setelah dana persiapan pernikahannya Rp 130 juta habis dipakai untuk judi online (judol).

Pembunuhan itu terjadi di rumah dinas korban di Desa Soagimalaha, Kecamatan Kota Maba, Halmahera Timur, Jumat (18/7) dini hari. Pelaku diduga kelabakan mencari uang seiring jadwal pernikahannya yang semakin dekat.

"Pelaku bingung dan panik uangnya habis. Pelaku coba minjam uang ke korban, tapi ternyata korban tidak punya uang," ungkap Kapolsek Maba Selatan Ipda Habiem Ramadya kepada detikcom, Selasa (12/8/2025).

Selengkapnya di halaman selanjutnya.




(dil/ams)

Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler