Informasi berikut ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan.
Seorang ibu di Kabupaten Rembang tega membunuh bayinya yang baru berusia tiga minggu. Ibu itu kemudian bunuh diri.
Psikolog UGM Prof Koentjoro melihat dalam kasus ini orang tua sudah merasa mentok dengan kondisi kesehatan anaknya. Apalagi jika tidak ada dukungan dari suami maupun keluarga.
Sehingga hal ini bisa jadi salah satu pemicu perilaku ibu berinisial NA (26) membunuh anak kandung sendiri.
"Kalau anaknya sakit, tidak ada obatnya, kemudian susunya sedikit itu bisa jadi bahasa Jawanya buneg, sudah tertutup jalan semuanya, mentok," kata Koentjoro saat dihubungi detikJateng, Kamis (11/5/2023).
"Apalagi kemudian tidak ada dukungan dari suami. Dia merasa dia sendiri, dalam kondisi yang buneg seperti itu, dia frustrasi anaknya dibunuh dan dia bunuh (diri) selesai," sambungnya.
Di sisi lain, dia juga melihat adanya gejala baby blues. Hal ini melihat usia bayi yang dibunuh baru 3 minggu.
"Itu bisa jadi baby blues, kalau anaknya masih sangat muda, bisa jadi gejalanya baby blues," sambungnya.
Oleh karena itu, dia menyarankan kepada orang tua untuk berhati-hati. Dia mengingatkan kepada setiap pasangan agar memiliki kesiapan ketika menikah.
"Orang mau keluarga itu tujuannya seperti apa? Jadi manten itu untuk apa, tujuannya gimana, suami istri dukung mendukung seperti apa," sebutnya.
Selengkapnya baca halaman berikutnya
Simak Video "Video: Kecelakaan Karambol di Tol Gayamsari Semarang, 8 Orang Terluka"
(apl/ahr)